Hikmah 89 dlm Al-Hikam:
“Roja’ (Harapan) Dan Tamanni (Khayalan)”
الرَّجاءُ ماَ قاَرَنهُ عملٌ وِالاَّ فهُوَ اُمْنِيَّةٌ
Pengharapan (Roja’) yg sesungguhnya ialah yg disertai amal perbuatan kalau tidak demikian, maka itu hanya angan² [khayalan] belaka.
Yg dinamakan roja’ yaitu pengharapan yg dibarengi dengan amal. Apabila tidak dibarengi amal tapi malah malas beramal dan masih berani melakukan maksiat dan dosa, pengharapan itu disebut umniyyah atau lamunan. Dan dia tertipu dengan belas kasih Allah.
Rasulullah Saw. bersabda:
“Seorang yg sempurna akal ialah yg mengoreksi dirinya dan bersiap-siap untuk memghadapi maut, sedang orang bodoh ialah yg selalu menurutkan hawa nafsu dan mengharap berbagai macam harapan.”
Syaikh Ma’ruf al-Karkhi berkata:
“Mengharap surga tanpa amal perbuatan itu dosa, dan mengharap syafa’at tanpa sebab berarti tertipu, dan mengharap rahmat dari siapa yg tidak engkau taati perintahnya berarti bodoh.”
Al-Hasan ra. berkata:
“Sesungguhnya ada beberapa orang oleh angan² keinginan pengampunan, sehingga mereka keluar dari dunia [mati], sedang belum ada bagi mereka kebaikan sama sekali. Sebab mereka berkata: Kami baik sangka terhadap Allah. Padahal berdusta dalam pengakuan itu, sebab andaikan mereka baik sangka terhadap Allah, tentu baik pula perbuatannya. Al-Hasan lalu membacakan ayat Qur’an:
وَذٰ لِكمُ ْ ظَنُّكمُ ُالَّذىِ ظَنـَنـْتُمْ بِرَبِّكُم اَرْداكمُ ْ فَاَصبَحْتـُمْ من الخاَسِرِينَ
“Itulah persangkaanmu terhadap Tuhan telah membinasakan kamu, maka kamu termasuk orang² yg rugi.”
Al-Hasan berkata: Wahai hamba Allah, berhati-hatilah kamu dari angan² [khayalan] yg palsu, sebab itu sebagai jurang kebinasaan, kamu akan lalai karenanya. Demi Allah, tidak pernah Allah memberi pada seorang hamba kebaikan semata-mata karena angan² belaka, baik untuk dunia maupun untuk akhirat.
Syaikh Abdullah as-Syarqawi mensyarah:
Harapan yg sesungguhnya ialah harapan yg memotivasi seseorang untuk bersungguh-sungguh dalam bekerja dan beramal. Biasanya, orang yg berharap sesuatu, dia akan mencarinya. Orang yg takut terhadap sesuatu, dia akan menghindarinya.
Jika harapan tidak dibarengi amal, bahkan pelakunya malas dan enggan bekerja, serta justru mendorong kepada maksiat dan dosa, menurut para ulama, itu hanyalah angan², bukan harapan sesungguhnya. Ia bukanlah harapan, melainkan ketertipuan.
Allah Ta’ala berfirman:
فَخَلَفَ مِنۢ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ وَرِثُوا الْكِتٰبَ يَأْخُذُونَ عَرَضَ هٰذَا الْأَدْنٰى وَيَقُولُونَ سَيُغْفَرُ لَنَا
“Maka datanglah sesudah mereka generasi (yg jahat) yg mewarisi Taurat, yg mengambil harta benda dunia yg rendah ini, dan berkata: “Kami akan diberi ampun.” (QS. Al-A’raf [7]: 169)
Rasulullah Saw. bersabda, ”Orang yg baik ialah orang yg menghinakan dirinya sendiri dan beramal untuk masa setelah kematian, sedangkan orang yg buruk ialah orang yg mengikuti hawa nafsunya dan berharap dari Allah dengan harapan² palsu.” Wallaahu a’lam