Hikmah 74 dlm Al-Hikam:
“Nikmat dan Musibah Adalah Jalan Menuju Allah”
مَنْ لَمْ يُقبِلْ على اللهِ بِمُلاَ طفاَتِ الاِحْساَنِ قـُيِّدَ اليْهِ بِسلاَسِلِ الاِمتِحاَنِ
Barangsiapa yg tidak suka menghadap kepada Allah dengan halusnya pemberian karunia Allah, maka akan diseret supaya ingat kepada Allah dengan rantai ujian (musibah).
Ada dua perkara yg menjadikan seorang hamba itu bisa taat dan menghadap kepada Allah, yaitu:
1. Datangnya nikmat dari Allah pada dirinya, sehingga dia mau bersyukur dan menghadap taat kepada Allah.
2. Datangnya macam² musibah dan bencana pada dirinya atau hartanya, lalu ia bisa sadar dan kembali kepada Allah.
Terkadang musibah itu juga bisa menjadi sebab ia meninggalkan bergantung pada dunia dan hanya bergantung pada Allah. Karena yg di inginkan Allah pada hambanya yaitu kembalinya hamba kepada Allah dengan cara menurut (ridho) atau dipaksa.
Barangsiapa yg tidak suka sadar dan dzikir (ingat) kepada Allah ketika sehat dan murah rezeki, maka akan dipaksa supaya dzikir (ingat) kepada Allah dengan tibanya musibah (bencana). Maka dalam kedua hal itu Allah berkenan akan menuangkan nikmat karunia yg sebesar-besarnya kepada hamba-Nya.
Syaikh Abdullah as-Syarqawi mensyarah:
Orang yg tidak mendekat kepada Allah meski telah diberi berbagai kenikmatan akan dipaksa mendekat kepada Allah melalui berbagai macam musibah. Artinya, kedekatan seorang hamba kepada Allah terjadi melalui dua proses.
Pertama, dengan diturunkannya nikmat kepadanya sehingga dia bersyukur kepada Allah atas nikmat tersebut dan bersiap melayani-Nya.
Kedua, dengan diturunkannya musibah yg menimpa tubuh atau hartanya sehingga dia akan berlindung kepada Allah dan meminta-Nya agar mengangkat musibah itu. Mungkin, itu akan menjadi sebab dia meninggalkan keduniaan dan hanya mau bergantung kepada Allah. Allah menghendaki para hamba-Nya kembali kepada-Nya, baik secara sukarela maupun terpaksa. Wallaahu a’lam