Hikmah 69 dlm Al-Hikam:
“Ingatlah, Ketaatan Itu Anugrah Dari Allah”
لاَ تـُفـْرِ حُكَ الطَّاعَةُ، لاَنَّهاَ بَرَزَتْ منكَ، وَافرَحْ بِهاَ لاَنَّهاَ بَرَزَتْ مِنَ اللهِ ِليكَ. قـُلْ بِفَضلِ اللهِ وَبِرَحْمَتِهِ فبذٰ لكَ فَليَفْرَحُوا هُوَ خيرٌ مِمَّا يجمَعُونَ
Jangan merasa gembira atas perbuatan taat, karena engkau merasa telah dapat melaksanakannya, tetapi bergembiralah atas perbuatan taat itu, karena ia sebagai karunia, taufik dan hidayag dari Allah Ta’ala kepadamu, ‘Katakanlah, dengan merasa mendapatkan karunia dan rahmat Allah, maka dengan itu hendaknya mereka bergembira. Itulah yg lebih baik dari apa yg dapat mereka kumpulkan.’ (QS. Yunus: 58)
Gembira atas perbuatan taat itu jika karena merasa mendapat kehormatan karunia dan rahmat Allah sehingga dapat melakukan taat, maka itu lebih baik. Sebaliknya jika gembira karena merasa diri sudah kuat dan sanggup melaksanakan taat, maka ini menimbulkan ujub, sombong dan kebanggaan, padahal yg demikian itulah yang akan membinasakan amal taat. Allah Ta’ala telah memperingatkan hambanya yg sombong dan ujub (mengagungkan diri) dengan firmannya dalam hadits Qudsi, Rasulullah Saw. bersabda: “Allah Ta’ala berfirman, ‘Kesombongan adalah selendang-Ku dan keagungan adalah sarung-Ku. Barangsiapa yg mengambil salah satu dari kedua hal tersebut dari-Ku, maka Aku akan melemparkannya ke dalam neraka’.”
Syaikh Abdullah as-Syarqawi mensyarah:
Jangan merasa senang jika kau mampu melakukan sebuah ketaatan. Sikap seperti itu adalah sikap tercela, terlarang, dan dapat membatalkan ketaatan. Yg semestinya membuatmu senang bukanlah kemampuanmu melakukan ketaatan, tetapi karena Allah telah menganugrahkan ketaatan itu kepadamu. Inilah sikap yg terpuji dan diharapkan dari seorang hamba. Inilah bentuk kesyukuran seorang hamba atas karunia tersebut.
Syaikh Ibnu Atha‘illah mendasari hikmah itu atas firman Allah:
قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِۦ فَبِذٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُونَ
“Katakanlah: “Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yg mereka kumpulkan.” (QS. Yunus (10): 58)
Ketaatan yg bisa dilakukan seorang hamba merupakan bentuk perhatian dan kasih sayang Allah kepadanya. Oleh karena itu, ia patut berbahagia atas hal itu, bukan atas upayanya menjalankan ketaatan itu. Wallaahu a’lam