Hikmah 67 dlm Al-Hikam:
“Cahaya adalah Tentara Hati dan Kegelapan adalah Tentara Nafsu”
النّوُرُ جُندُ القـُلوب، كَماَ أَنَّ الظُّلمَةَ جُندُ النَّفْسٍ ، فَاِذاَ أرَادَ اللهُ أَنْ يَنصُرَعَبْدَهُ، أمَدَّهُ بِجُنوُدِ الاَنْواَرِ وَقطَعَ عَنْهُ عَدَدَ الظُلمِ والاَغيَارِ
Nur (cahaya) tauhid itu sebagai pasukan (tentara) yg membantu hati, sebagaimana gelapnya syirik itu sebagai pasukan (tentara) yg membantu hawa nafsu. Maka apabila Allah menolong hamba-Nya, maka dibantunya dengan pasukan (tentara) nur Ilahi dan dihentikan bantuan kegelapan dan kepalsuan.
Nur (cahaya) terang yg berupa tauhid, iman dan keyakinan itu sebagai pasukan (tentara) pembela dan pembantu hati, sebaliknya kegelapan syirik dan keraguan itu sebagai pasukan (tentara) pembantu hawa nafsu. Sesungguhnya nur tauhid dan gelapnya syirik keduanya akan selalu berperang, Apabila Allah menolong hambanya, maka Allah akan melenyapkan kegelapan syirik dan mengganti dengan nur tauhid. Seperti contoh, ketika hatimu ingin mengerjakan kebaikan sedangkan nafsumu mengajak pada perkara sebaliknya, maka keduanya akan berperang untuk saling mengalahkan. Ketika seperti itu, bagi hamba tidak ada jalan lain kecuali meminta pertolongan dan berserah diri kepada Allah. Dan disinilah terlihat jelas pengertian:
“Barangsiapa yg diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak ada yg dapat menyesatkannya.”
“Dan barangsiapa yang disesatkan oleh Allah, maka tidak ada yg dapat menunjukinya.”
“Barangsiapa yg diberi petunjuk (hidayah) oleh Allah, maka ialah yg mendapat petunjuk (hidayah), dan barangsiapa yg disesatkan oleh Allah, maka tidak akan engkau mendapatkan pelindung atau pemimpin untuknya.”
Syaikh Abdullah as-Syarqawi mensyarah:
Dengan iringan tentara kalbu (cahaya), hati bisa sampai ke hadirat Allah dengan mudah dan selamat, sebagaimana seorang raja yg di iringi bala tentaranya menuju tujuannya, yaitu mengalahkan musuh. Inilah pengertian yg dapat kita petik dari hikmah di atas.
“Kegelapan”, yg merupakan tabiat seorang hamba, dianggap sebagai bala bantuan dan prajurit nafsu yg mengiringi seorang hamba sampai kepada tujuan, yaitu meraih keduniaan.
Perang antara hati dan nafsu akan terus berlangsung sepanjang waktu. Jika Allah ingin membantu hamba-Nya mengalahkan nafsunya, Dia akan mengirimkan bala bantuan-Nya berupa cahaya. Jika hamba itu mendapat bantuan-Nya, ia akan menyadari keburukan syahwat yg menghambatnya untuk sampai kepada Allah. Selain itu, Allah juga akan membinasakan prajurit kegelapan dan tipuan dunia yg akan membantu nafsu.
Sebaliknya, jika Allah ingin menghinakan seorang hamba, Dia akan memberinya prajurit kegelapan. Hati yg cenderung kepada amal shaleh (misalnya, ingin berpuasa) dan nafsu yg cenderung kepada syahwat (misalnya, ingin berbuka) akan bertempur dan saling membunuh. Saat itu, cahaya dan rahmat Allah akan segera membantu hati, sedangkan kegelapan akan menolong nafsu. Saat kedua barisan pasukan itu bertemu dan pertempuran semakin sengit, tak ada jalan lain bagi seorang hamba kecuali ia harus takut kepada Allah dan bertawakkal kepada-Nya. Seperti itulah yg terjadi dalam setiap amal shaleh yg dikerjakannya hingga ia berhasil sampai ke hadirat Allah. Saat itu, kekuasaan nafsu akan terputus dan kalah. Wallaahu a’lam