Hikmah 65 dlm Al-Hikam:
اَورَدَ عليْكَ الوَارِدَ لِيُخْرِجَكَ مِنْ سِجْنِ وُجُودِكَ اِلٰى فَضاَءِ شُهُودِكَ
Allah memberikan kepadamu warid untuk mengeluarkanmu dari penjara wujudmu dan membawamu ke angkasa penyaksianmu.
Dalam tiga pelajaran berkenaan dengan warid (karunia Tuhan) yg pertama diberikan kepadamu, supaya engkau ringan melakukan taat beribadah dan mendekat kehadirat Allah Ta’ala, tetapi kemungkinan kurang ikhlas, maka diturunkan warid yg kedua untuk melepaskanmu dari tujuan kepada sesuatu selain Allah, sedang warid yg ketiga untuk melepaskan dirimu dari sifat² dan wujud yg sempit kepada alam yg luas, melihat kebesaran Tuhan yg tidak terbatas sehingga lupa kepada diri dan hanya ingat kepada Allah Ta’ala semata-mata.
Syaikh Abul Qasim an-Nashrabady berkata: “Penjaramu yaitu dirimu sendiri (hawa nafsumu), kalau kamu bisa keluar dari dirimu, maka kamu akan enak selamanya.”
Syaikh Abdullah as-Syarqawi mensyarah:
Makna ”penjara wujud” ialah kungkungan sifat²mu yg menghambatmu menyaksikan Tuhanmu, ibarat penjara yg membatasi gerak para narapidana.
Maksud ”angkasa penyaksian” adalah kesempatanmu menyaksikan Tuhanmu. Ia di umpamakan dengan ruang angkasa yg tiada batas dan tanpa ada yg menghalangi pandangan mata.
Hikmah ini menegaskan bahwa pemilik warid itu hanya satu. Demikian pula buahnya, yaitu datang ke hadirat-Nya. Hikmah ini juga bisa di artikan bahwa Allah selalu melimpahkan untukmu warid agar kau sampai kepada-Nya. Dengan warid yg datang kepadamu, kau pun sibuk melakukan bermacam ketaatan dan mujahadah. Namun, di saat sifat² burukmu masih bercokol di hatimu, yg menyebabkan kau tidak ikhlas dalam beribadah, Dia akan mengirimkan warid lain yg akan menyelamatkanmu dari hal itu dan membuatmu ikhlas.
Ketika kau ikhlas, mungkin kau akan mengandalkan keikhlasanmu itu sebagai jaminan di terimanya amalmu dan sampainya dirimu di hadapan Tuhan dengan keikhlasanmu itu. Tentu, tindakan ini adalah salah. Oleh karena itu, warid berikutnya akan datang. Dengan warid itu, kau tidak lagi melihat dirimu sendiri dan hanya melihat Tuhanmu dengan mata batinmu. Wallaahu a’lam