Hikmah 52 dlm al-Hikam:
“Pindahlah Dari Alam (Makhluk) Kepada Pencipta Alam”
لاَتـَرْحَلْ منْ كوْنٍ الىَ كَونٍ فَتَكُونَ كَحِماَر سلرَّحىٰ يَسِيْرُ وَالمكانُ الَّذِىْ ارْتَحَلَ اليهِ هُوَالَّذي ارْتـَحلَ مِنهُ ولٰكِنْ ارْحَلْ من الاَكوَانِ الى المُكَوِّنِ. وَاِنَّ الىٰ رَبِّكَ المُنْتَهٰى
Jangan berpindah dari satu alam (makhluk) ke alam (makhluk) yg lain, berarti sama dengan himar [keledai] yg berputar di sekitar penggilingan, ia berjalan menuju ke tempat tujuan, tiba² itu pula tempat yg ia mula² berjalan dari padanya, tetapi hendaklah engkau pergi dari semua alam menuju kepada Pencipta alam; Sesungguhnya kepada Tuhanmu puncak segala tujuan.
Keadaan orang yg tidak dapat melepaskan dirinya dari syirik adalah umpama seekor keledai yg terikat dan berputar menggerakkan batu penggiling. Walaupun jauh jarak yg dijalaninya, namun dia senantiasa kembali ke tempat yg sama. Jika ia mau bebas perlulah ia melepaskan ikatannya dan keluar dari bulatan yg sempit.
Orang yg mau membebaskan dirinya dari syirik secara keseluruhan, hendaklah membebaskan perhatian hatinya dari semua perkara kecuali Allah.
Keluar dari bulatan alam dan masuk kepada Wujud Mutlak.
Jangan berpindah dari syirik yg terang ke alam syirik yg samar. Amal kebaikan yg di nodai oleh riya’, sum’ah [mengharap pujian orang], tidak dianggap oleh syari’ah [tidak di terima oleh Allah]. Dan apabila telah bersih dari semua itu, kemudian beramal karena terdorong oleh menginginkan kedudukan atau kekayaan atau karamah dunia atau akhirat, semua itu masih termasuk alam hawa nafsu, dan belum mencapai tujuan ikhlas yg bersih dari segala tujuan selain hanya kepada Allah, yakni tanpa pamrih. Karena itu selama berpindah dari alam ke alam tidak berbeda, bagaikan keledai yg berputar di sekitar penggilingan, tetapi seharusnya sekali berangkat dari alam ini, langsung menuju kepada Pencipta alam.
Karena itu Nabi Isa as. pernah berkata kepada sahabat hawariyyin: “Semua yg ada padamu dari berbagai nikmat kesenangan itu langsung dari karunia Allah kepadamu, maka manakah kiranya yg lebih besar harganya [nilainya]? Apakah pemberian-Nya ataukah yg memberi?”
”Wa Inna ila Rabbikal-muntaha”. Sesungguhnya kepada Tuhanmu itulah puncak segala tujuan. Sebab barangsiapa yg telah mendapatkan Allah, berarti telah mencapai segala sesuatu, baik urusan dunia mau pun urusan akhirat. Wallaahu a’lam