Hikmah 51 dlm al-Hikam:
“Aneh Dan Ajaib”
الْعَجَبُ كُلُّ العًَجَبِ مِمّاَ لاَ انْفِكاَكَ لهُ عَنْهُ وَيَطلُبُ ما لاَ بَقاَءَ لهُ مَعَهُ فاِنـّهَاَ لاَ تَعْمَى الاَبْصَارُ وَلٰكِنْ تَعمىَ الْقُلوْبُ الَّتىِ فِى الصُّدُورِ
Keanehan yg sangat mengherankan [ajaib] terhadap orang yg lari dari Allah yg sangat dibutuhkan, dan tidak dapat lepas daripadanya, dan berusaha mencari apa yg tidak akan kekal padanya. Sesungguhnya bukan mata kepala yg buta, tetapi yg buta ialah mata hati yg di dalam dada.
Hikmah 46, menceritakan tentang tingkatan makrifat yg dicapai melalui penyaksian mata hati. Makrifat melalui mata hati diperoleh dengan cara bertauhid. Hikmah 47, menggambarkan tentang tauhid yg tertinggi. Tingkatan yg tertinggi itu tidak mudah dicapai. Jalan untuk mencapainya adalah dengan menghapuskan semua jenis syirik, yg lahir dan yg batin/samar. Hikmah 48 hingga 50 menceritakan tentang syirik yg samar, yaitu hati bukan bergantung kepada Allah saja tetapi pada makhluk yg sama, ia juga berharap kepada makhluk, lantaran kurang keyakinannya kepada Allah, atau karena menyangka makhluk bisa melakukan sesuatu yg memberi bekas kepada perjalanan takdir Ilahi.
Syirik yg demikian dirumuskan oleh Hikmah 51 ini dengan mengatakan bahwa itu semua terjadi akibat buta mata hati. Sekiranya mata hati dapat melihat tentu dilihatnya bahwa dalam keadaan apa saja dia tidak terlepas dari qudrat dan Iradat Allah Ta’ala Dia tidak akan dapat melepaskan dirinya dari Allah. Allah mempunyai segala sifat² iftiqar yg menyebabkan semua makhluk-Nya tidak ada jalan melainkan bergantung kepada-Nya.
Seseorang yg melarikan diri dari panggilan Tuhan untuk beribadah semata-mata karena ingin memuaskan hawa nafsu dan syahwatnya, suatu fakta butanya mata hatinya, sebab ia telah mengutamakan bayangan dari pada hakikat, mengutamakan yg sementara dan meninggalkan keabadian, mengutamakan yg dapat binasa dari pada yg tetap kekal untuk selama-lamanya.
Syaikh Abdullah as-Syarqawi mensyarah:
Sungguh mengherankan! Orang yg ingin menghindari Allah dengan tidak melakukan apa yg sudah ditetapkan-Nya untuknya dan lebih suka mencari dunia dan perkara² selain-Nya karena mengikuti hawa nafsu.
Tindakan seperti ini bersumber dari kebutaan mata hati dan kebodohannya tentang Tuhannya karena ia menukar sesuatu yg teramat baik dengan sesuatu yg hina. Ia juga lebih mengutamakan yg fana daripada yg kekal dan tak bisa dihindarinya. Sekiranya ia memiliki mata hati yg tajam, niscaya ia takkan melakukan hal itu. Wallaahu a’lam