Hikmah 48 dlm al-Hikam:
لَاتَتَعَدَّبِيَّةُ هِمَّتِكَ إِلَى غَيْرِهِ فَالْكَرِيْمُ لَا تَتَخَطَّاهُ الْآمَالُ.
“Al-Karim Tumpuan Segala Hajat”
“Jangan melampaui/melanggar niat dan tujuanmu [hasrat dan harapanmu] kepada lain-Nya. Maka Tuhan yg Maha Pemurah itu tidak dapat di lampaui oleh sesuatu harapan (angan²) hamba.”
Sebaiknya bagi orang yg mengharapkan berhasil hajatnya, jangan meminta kapada selain Allah Ta’ala (makhluk), karena itu bertentangan dengan sifat ubudiyah. Itu kalau permintaan itu disandarkan/bergantung pada makhluk, dan lupa pada Allah ketika berdoa. Apabila permintaan pada makhluk (manusia) menjadi perantara untuk meminta kepada Allah, dan selalu memandang Allah-lah Dzat yg memberi. Permintaan seperti ini masih diperbolehkan.
Perasaan yg luhur enggan membuka kebutuhan [hajat]-nya kepada orang yg tidak dermawan, dan tidak ada yg dermawan pada hakikat yg sebenarnya kecuali Allah Ta’ala.
Syaikh Junayd al-Baghdadi qs. berkata: ”Dermawan [Al-Karim] itu ialah yg memberi kebutuhan seseorang sebelum diminta.”
Ada pula pendapat: ”Dermawan [Al-Karim] ialah yg tidak pernah mengecewakan harapan orang yg berharap.”
Dermawan [Al-Karim] yaitu apabila berkuasa memaafkan, dan bila berjanji menepati, dan bila memberi lebih memuaskan dari harapan, dan tidak memperdulikan tentang berapa banyak pemberiaannya, dan kepada siapa ia memberikannya.
Al-Karim adalah salahsatu dari Asma’ul Husna. Asma’ ini memberi pengertian yg istimewa tentang Allah.
Al-Karim berarti:
1. Allah Maha pemurah.
2. Allah memberi tanpa diminta.
3. Allah memberi sebelum diminta.
4. Allah memberi apabila diminta.
5. Allah memberi bukan karena permintaan tetapi cukup sekedar harapan, cita² dan angan² hamba²Nya. Allah tidak mengecewakan harapan hambanya.
6. Allah memberi lebih baik daripada apa yg diminta dan diharapkan oleh para hamba-Nya.
7. Allah Yang Maha Pemurah tidak dikira berapa banyak yg diberikan-Nya dan kepada siapa Dia memberi.
8. Paling penting, demi kebaikan hamba-Nya sendiri, Allah memberi dengan bijaksana, dengan cara yg paling baik, masa yg paling sesuai dan paling bermanfaat kepada si hamba yg menerimanya.
Sekiranya para hamba mengenali Al-Karim niscaya permintaan, harapan dan angan²nya tidak tertuju kepada yg lain melainkan kepada-Nya.
Syaikh Abdullah asy-Syarqawi mensyarah:
Jangan sampai kau menuju kepada selain Allah dalam memenuhi kebutuhanmu. Akan tetapi, ungkapkan hajatmu kepada-Nya dan mintalah dari-Nya. Tekad yg tinggi selalu mencari pemenuhan kebutuhannya kepada sosok yg mulia; dan tak ada yg benar² mulia, kecuali Allah Ta’ala. Setiap orang yg mulia, jika sudah menetapkan sesuatu, pasti akan memenuhinya; jika berjanji, akan menepatinya; jika memberi, akan menambahkan pemberiannya melebihi harapan. Dia tidak peduli berapa banyak dan kepada siapa dia memberi. Dia tidak mengurangi dan tidak pernah mengecewakan siapa pun yg berlindung kepadanya. Dia akan mencukupinya dengan segala pertolongan. Sifat² ini tidak dimiliki selain oleh Allah Ta’ala. Karena itu, selayaknya harapan dan asa para pengharap tidak boleh melewatinya dan menuju kepada selain-Nya.
Ketahuilah bahwa meminta kepada makhluk dianggap bertentangan dengan ubudiyah (penghambaan di hadapan-Nya) bila didasari oleh rasa bergantung pada makhluk dan lalai untuk meminta kepada Allah. Lain halnya bila permintaan tersebut di iringi dengan keyakinan bahwa makhluk yg dimintainya itu hanyalah wasilah (perantara), tetapi yg sebenarnya memberi adalah Allah sebagai satu²nya tempat bergantung. Ini tidak bertentangan dengan ubudiyah. Wallaahu a’lam