Hikmah 41 dlm al-Hikam:
تَشَوُّفُكَ إِلَى مَا بَطَنَ فِيْكَ مِنَ الْعُيُوْبِ خَيْرٌ مِنْ تَشَوُّ فِكَ إِلَى مَاحُجِبَ عَنْكَ مِنَ الْغُيُوْبِ.
“Upayamu untuk mengetahui aib² (al-uyuub) yg masih ada di dalam dirimu (jiwa), itu lebih baik daripada upayamu untuk membuka hijab ghaib bagimu.”
Ustadz Salim Bahreisy mensyarah:
Kata orang arif bijaksana, ”Jadilah hamba Allah yg selalu ingin mencapai istiqamah, dan jangan menjadi hamba yg menuntut karomah. Istiqamah berarti menunaikan kewajiban, sedang menuntut karomah berarti menuntut maqam (kedudukan di hadapan Allah), padahal karomah yg Allah anugrahkan kepada seorang suci itu sebagai buah daripada istiqamah yg bersangkutan.
Istiqamah berarti tetap dalam Ubudiyah, tidak melemah nur iman keyakinannya kepada Allah, ke-Tuhan-an Allah, Kekuasaan-Nya, Al-Hakim-Nya, baik ketika dalam keadaan sehat atau sakit, senang atau susah, kaya maupun miskin.
Syaikh Fadhlala Haeri mensyarah:
Salik yg berakal cerdas adalah dia yg mengamati dan memperbaiki kesalahan², kekurangan², tabir², kekotoran, dan kesamaran (al-uyuub) yg dimilikinya. Kesalahan² jiwa yg nyata disebabkan oleh keinginan, cinta, harapan, dan seluruh ketidak-seimbangan dalam lahir dan batin. Sakitnya qalbu (hati) dikarenakan keinginan² batin terhadap penghargaan, kebencian, keserakahan, ketidak-ikhlasan, dan tabir² lainnya, yg mencabut kebebasan qalbu dari ketergantungan kepada makhluk. Alam ghaib terhijab dari kita justru karena kesalahan², hijab² dan kesalahan akal budi dan hati kita.
Syaikh Abdullah as-Syarqawi mensyarah:
Contoh kekurangan diri ialah sifat riya’, tingkah laku tidak sopan, bermuka dua, suka jabatan, dan haus akan kedudukan. Maknanya, kau harus mengarahkan tekadmu untuk menghapus semua keburukan itu dengan riyadhah dan mujahadah, serta berusaha untuk terbebas darinya. Upaya ini biasanya harus di bawah bimbingan seorang Guru. Langkah di atas lebih baik daripada usahamu dalam menelusuri takdir yg terselubung, pelajaran yg tersembunyi, rahasia² Ilahi, ilmu laduni atau karomah. Biasanya, itu semua ditujukan demi kepuasan dirimu, bukan demi mencari ridha Tuhanmu.
Oleh karena itu, jangan kau cari semua itu dengan amalan²mu. Jangan sibukkan hatimu dengannya. Jangan pula berhenti di tempat munculnya karomah tersebut karena hal itu justru akan mengurangi ibadahmu.
Oleh sebab itu, orang² berkata, ”Jadilah pencari istiqamah, jangan menjadi pencari karomah.” Jiwamu selalu bergerak dan berkeinginan mencari karomah, padahal Tuhanmu menuntutmu untuk istiqamah. Untuk itu, menunaikan hak Tuhanmu lebih baik ketimbang kau menunaikan keinginanmu sendiri. Wallaahu a’lam