Hikmah 40 dlm al-Hikam:
اِهْتَدَ ى الرَّاحِلُونَ إِلَيْهِ بِأَ نْوَارِ التَّوَجُّهِ , وَالْوَاصِلُو نَ لَهُمْ أَنْوَارُ الْمُوَاجَهَةِ , فَالْأَ وَّلُو نَ لِلْأَ نْوَارِ وَهَؤُلَاءِ الْأَ نْوَارُلَهُمْ , لِأَ نَّهُمْ لِهََِْ لَالِشَيْءٍدُوْنَهُ , (قُلِ اللهُ ثُمَّ ذَرْهُمْ فِي خَوْ ضِهِمْ يَلْعَبُونَ)
Orang² shalih (yg menuju kepada Allah) telah mendapatkan hidayat dengan nur (pelita) ibadah yg merupakan amalan untuk taqarrub (mendekat) kepada Allah, sedang orang² yg telah sampai, mereka tertarik oleh nur yg langsung dari Tuhan bukan sebagai hasil ibadah, tetapi semata² karunia rahmat Allah. Maka orang² shalih menuju ke alam nur, sedangkan yg telah sampai itu telah bersih dari segala sesuatu selain Allah.
Firman Allah Ta’ala:
قُلِ اللَّهُ ۖ ثُمَّ ذَرْهُمْ فِى خَوْضِهِمْ يَلْعَبُونَ
“Katakanlah: “Allah-lah (yg menurunkannya)”, kemudian (sesudah kamu menyampaikan Al Quran kepada mereka), biarkanlah mereka bermain-main dalam kesesatannya.” (QS. Al-An’am (6): 91)
Hakikat tauhid itu bila telah melihat pengaruh² sesuatu selain Allah, dan inilah yg bernama haqqul yaqin, dan melihat, merasa adanya pengaruh dari sesuatu selain Allah itu hanya permainan belaka, dan itu bersifat penipuan atau munafik.
Jangan menganggap/melihat ada sesuatu selain Allah yg dapat kau harap, kau takuti, atau berkuasa, sebab semua harapan kepada sesuatu selain Allah berarti syirik, terang atau samar, besar atau kecil dalam pengertian syirik hampir tiada berbeda.
Syaikh Abdullah as-Syarqawi mensyarah:
Cahaya yg didapat golongan pertama ialah cahaya yg didapat dari ibadah dan riyadhah (olah batin) yg dijadikannya sebagai jalan menuju Allah karena biasanya perjuangan akan membuahkan cahaya di dalam hati. Dengan cahaya itu, mereka akan berjalan menuju Allah.
Adapun untuk golongan kedua, justru cahaya Allah lah yg mendatangi mereka sehingga mereka akan mudah mengenali Allah tanpa perjuangan dan susah payah.
Golongan pertama akan menjadi budak cahaya dan amat membutuhkannya untuk sampai kepada tujuan dan keinginan mereka. Sementara itu, golongan kedua akan dengan sendirinya didatangi cahaya itu sehingga ia tidak perlu bersusah payah dalam mendapatkannya.
Adapun maksud firman ”Katakan ‘Allah’” ialah menghadaplah kepada-Nya semata dan jangan cenderung kepada cahaya² atau hal² selain-Nya. Kemudian, maksud ”biarkan mereka bermain² dalam kesibukannya” ialah bahwa tindakan memurnikan tauhid, setelah menyingkirkan kebendaan, merupakan sikap yg didasari haqqul yaqin (keyakinan yg kokoh), sedangkan melihat kepada selain Allah hanyalah permainan dan leha². Tentu itu adalah sifat orang² mahjub (terhalang). Wallaahu a’lam