Hikmah 114 dlm Al-Hikam:
“Kebutuhan Orang ‘Arif Terhadap Allah Tidak Pernah Hilang”
العاَرِفُ لاَ يَزوُلُ اِضْطرَارُهُ ولاَ يَكُوْنُ معَ غَيْرِالله قرَارةٌ
Seorang ‘arif selalu merasa butuh pada-Nya dan hanya merasa tenang jika bersama-Nya.
Seorang ‘Arif mempunyai hati yg sangat halus dan adab sopan santun yg sangat tinggi terhadap Allah. Dia mengenali karunia dan kekuasaan Allah, pada nikmat penciptaan (ijaad) dan nikmat kelanjutan kewujudan (imdaad) yg diciptakan Allah. Dia meyakini bahwa tiada satu detik pun makhluk bisa terlepas dari ketergantungan kepada Allah.
Seorang ‘Arif selalu merasa berhajat kepada Allah, sebab memang tidak ada sesuatu yg bisa memuaskan kepadanya selain Allah. Juga karena sadar benar² terhadap kekuasaan Allah disamping kelemahan dan kebutuhan diri sendiri kepada Allah.
Syaikh Abdullah asy-Syarqawi mensyarah:
Kebutuhan seorang ‘Arif selalu ada karena ia melihat kuasa Allah yg Maha Menyeluruh, mengenali dirinya sendiri dengan baik, dan menyadari kebutuhannya setiap saat. Lain halnya dengan orang yg tidak ‘Arif, ia terkadang butuh, lalu berdoa, terkadang pula berdoa, namun tidak butuh. Hal itu dikarenakan kebutuhan orang² awam bergantung pada adanya dorongan sebab². Mereka terlalu di dominasi oleh indra dalam penyaksiannya. Jika sebab² itu hilang dari mereka, kebutuhan mereka pun akan sirna.
Sekiranya mereka melihat kuasa Allah yg menyeluruh niscaya mereka mengetahui bahwa kebutuhan mereka kepada Allah bersifat abadi. Mereka tidak akan tenang dan hati mereka tidak akan bergantung kecuali kepada Allah semata, karena sesekali mereka merasa butuh kepada sesuatu, tetapi hati mereka menolak sesuatu itu. Ini menandakan bahwa “kebutuhan akan bantuan-Nya” dan “tergeraknya lisan untuk meminta kepada-Nya” merupakan dua sifat orang² ‘Arif. Wallaahu a’lam