Hikmah 109 dlm Al-Hikam:
اَنْعَمَ عليكَ اوَّلاً بِالاِيجَادِ واثاَنياً بِتَوالى الاِمدادِ
Pada mulanya Allah memberi nikmat kepadamu berupa iijad/diwujudkan, kemudian nikmat yg kedua: melengkapi kebutuhan² wujudmu yg terus-menerus (bantuan/pertolongan Allah).
Allah berfirman: wa-asbagho ‘alaikum ni’mahuu-dhohirotan-wa-baathinah.(Allah menuangkan kepadamu nikmat lahir batin yg terang dan samar, dan yg tidak terasa.)
Dan firman Allah: “Tetapi Allah yg mencintakan kamu kepada iman, dan Allah menghias iman itu dalam hatimu, dan Allah yg membencikan kamu kepada kufur (kekafiran) dan pelanggaran dan maksiat dosa. Merekalah orang yg dapat petunjuk, itu semua karunia dari Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS. Al-Hujurat: 8)
Dzun-Nun al-Mishri berkata: Siapa yg dalam tauhid itu merasa seolah-olah sebagai hasil kecerdasannya sendiri, maka tauhid itu, tidak dapat menyelamatkannya dari api neraka, sehingga merasa bahwa tauhidnya itupun karunia dari Allah Ta’ala.
Seseorang apabila telah merasa asal kejadiannya dari Allah dan kelanjutannya pun dari Allah, merasa bahwa sifat fakirnya itu memang asli pada kejadiannya, dan ia tidak dapat melepaskan diri dari Tuhan yg di hajatkannya pada tiap detik dalam wujudnya.
Syaikh Abdullah asy-Syarqawi mensyarah:
Sekiranya seorang hamba mengetahui bahwa awal dan kesinambungan wujudnya dari Allah, niscaya dia mengetahui bahwa kebutuhan adalah sifat aslinya. Maka dari itu, ia amat membutuhkan pertolongan Allah karena setelah berwujud, setiap saat ia teramat miskin dan papa. Ia amat membutuhkan pertolongan dan pemenuhan kebutuhan.
Berikutnya, pertolongan Ilahi ini pun datang berturut-turut kepadanya. Ada yg berupa makanan untuk membuatnya kenyang dan menguatkan tubuhnya. Ada pula yg berupa makanan untuk ruhnya, seperti keimanan, ilmu, dan pengetahuan.
Pertolongan Ilahi yg pertama meliputi seluruh makhluk, mukmin maupun kafir, seperti halnya nikmat penciptaan. Namun, pertolongan kedua khusus untuk kaum mukmin saja. Wallaahu a’lam