Hikmah 108 dlm Al-Hikam:
“Nikmat Iijad (Diciptakan) dan Nikmat Imdad (Kelanjutan)”
نِعْمَتاَنِ ماَ خَرَجَ موْجُودٌ عَنْهاَ ولاَ بُدَّ لِكُلِّ مُكـَوِّنٍ مِنْهُما نِعْمةُ الاِيْجادِ وَنِعْمة ُالاِمْداَدِ
Ada dua nikmat yg tidak ada satu makhlukpun yg terlepas dari keduanya, yaitu nikmat ciptaan (diwujudkan) dan nikmat kelanjutan.
Karena tiap makhluk asalnya tidak ada, maka nikmat yg diterima pertama kali adalah nikmat iijad/diciptakan Allah yg menjadikannya ada. Kemudian dilanjutkan dengan nikmat imdad/kelanjutan hidup, yakni melengkapi kebutuhan hidup, sebab bila tidak dilengkapi kebutuhan hidup maka tidak akan dapat bertahan hidup. Wallaahu a’lam.
Syaikh Abdullah asy-Syarqawi mensyarah:
Kedua nikmat ini dirasakan oleh setiap yg berwujud. Setiap yg ada, awalnya tidak ada dan nihil. Nikmat penciptaan telah menghilangkan ketiadaan itu darinya sehingga ia menjadi ada. Tanpa nikmat itu, niscaya ia tetap tidak ada. Sesuatu yg tidak ada itu tentu tidak berharga.
Ketika keberadaannya membutuhkan pertolongan Ilahi agar sosok dan rangka fisiknya tetap ada, Allah membantunya dengan memberinya manfaat dan melindunginya dari bahaya. Oleh karena itu, nikmat penciptaan telah menghilangkan ketiadaan sebelumnya, sedangkan nikmat pemenuhan atau bantuan Ilahi dapat menghilangkan ketiadaan sesudahnya dan menggantinya dengan wujud yg berkesinambungan.
Tanpa nikmat penciptaan, segala sesuatu tidak akan keluar dari ketiadaan menuju wujud. Ia akan tetap ma’dim (tidak ada). Kemudian, tanpa nikmat pemenuhan dan bantuan Allah, wujud segala yg ada tidak akan sempurna. Ia tidak akan kekal, bahkan ia akan cepat rusak dan luluh lantak dalam waktu yg singkat. Semuanya berlaku pada seluruh makhluk, yg tinggi maupun yg rendah. Wallaahu a’lam.