Hikmah 103 dlm Al-Hikam:
“Beribadah Jangan Mengharap Sesuatu Selain Allah”
مَنْ عَبَدَهُ لِشىءٍ يَرْجُوهُ مِنْهُ اَوْلِيَدْفَعَ بِطاَعَتِهِ وُرودُ العُقُوبَتِ عَنْهُ فَماَ قَاَمَ بِحَقِّ اَوْصَافِهِ
Barang siapa menyembah Allah karena mengharap sesuatu, atau untuk menolak siksa atas dirinya, maka dia belum menunaikan kewajiban terhadap sifat² Allah.
Sebagai hamba Allah kita wajib menghamba dan beribadah hanya kepada-Nya, yg kita tuju juga hanya Allah, bukan karena pahala surga-Nya, atau siksa neraka-Nya. ILAAHI ANTA MAQSHUUDII-WA-RIDHOOKA MATHLUUBII.
Allah telah menurunkan wahyu pada Nabi Dawud as.: Sesungguhnya orang yg sangat aku kasihi ialah orang yg beribadah bukan karena upah pemberian-Ku, tetapi semata-mata karena Aku yg berhak untuk disembah. Dalam kitab zabur disebutkan: Dan siapakah yg lebih kejam dari orang yg menyembah-Ku karena surga atau neraka, apakah seandainya Aku tidak membuat surga atau neraka, Aku tidak berhak untuk disembah?
Rasulullah Saw. bersabda: Janganlah berlaku sebagai seorang hamba yg busuk jika takut, lalu bekerja/beribadah. Dan jangan berbuat sebagai buruh yg busuk jika tidak di bayar tidak bekerja.
Sebab sebenarnya pemberian Allah kepada hamba itu sudah lebih dari yg diharapkan yaitu hidupnya, nafasnya, panca indranya dan kesehatannya dan lain²nya.
Abu Hazim berkata: Saya malu menyembah Allah karena pahala, seperti buruh yg busuk jika tidak di bayar tidak bekerja, atau menyembah karena takut siksa, seperti budak yg curang jika tidak takut siksa, tidak bekerja, tetapi saya menyembah Allah karena cinta kepada-Nya.
Sufyan as-Tsauri minta nasehat kepada Rabi’ah al-Adawiyyah, maka Rabi’ah berkata: Engkau seorang yg baik, andaikan engkau tidak cinta kepada dunia. Wallaahu a’lam