Hikmah 90 dlm Al-Hikam:
“Permintaan Orang ‘Arif Billah”
مَطْلَبُ العارفينَ مِنَ اللهِ تعالى الصِدق ُ في العُبُوديةِ والقِيامُ بحُقوُقِ الرُّبُوبيَّةِ
Permintaan orang yg sudah makrifat kepada Allah, hanya semoga dapat bersungguh-sungguh dalam menghamba dan tetap dalam menunaikan hak² kewajiban terhadap Allah.
Yg dinamakan Sidqul ‘Ubudiyyah yaitu: menetapi tatakramanya menghamba pada Allah (ubudiyyah), seperti mencukupi hak²nya Allah dalam beribadah, mensyukuri pemberian Allah, sabar menghadapi bala’, menyerahkan semua urusannya pada Allah, selalu Muraqabah (meniti taqdir Allah, yg terjadi atas dirinya dan lainnya), memperlihatkan fakirnya kepada Allah dan selalu mengharap rahmatnya Allah dan lain².
Hikmah 90 ini menjelaskan seorang ‘arif itu tidak mempunyai permintaan kepada Allah, kecuali dua perkara:
1. SHIDQUL ‘UBUDIYYAH,
2. AL-QIYAMU BIHUQUQIR-RUBUBIYYAH.
Tanpa melihat kepentingan dirinya dan nafsunya.
Berbeda dengan orang yg belum ‘Arif billah, yg belum bisa meninggalkan kepentingan diri dan nafsunya.
Syaikh Abdullah as-Syarqawi mensyarah:
Yg diminta oleh orang ’arif ini lebih tinggi daripada yg di minta oleh orang selainnya, baik itu oleh ahli ibadah, zahid, maupun ‘alim. Hal itu dikarenakan, yg diminta oleh orang ‘arif hanyalah bagaimana bisa tulus dalam beribadah dan menghambakan diri, yakni dengan memperhatikan etika penghambaan, berakhlak dengan akhlak hamba, dan melaksanakan hak² Allah.
Hak² Allah itu adalah bersyukur atas karunia-Nya, bersabar atas musibah-Nya, memusuhi orang yg memusuhi-Nya, menjadikan penolong orang yg menolong-Nya, bertawakkal kepada-Nya, merasa diawasi-Nya (muraqabah), berdiri di hadapan pintu-Nya sambil mengenakan pakaian tawadhu’ dan kerendahan, mengulurkan tangan kepada yg butuh, memegang tali harapan kepada-Nya, mengenakan serban ketakutan di hadapan-Nya, serta sifat² dan akhlak ‘ubudiyah lainnya.
Siapa yg tulus dalam mengerjakan itu semua berarti ia telah menunaikan segala kewajiban yg dibebankan Allah kepadanya. Contoh memenuhi hak² Tuhan secara lahir adalah dengan taat secara lahir, muraqabah secara batin, dan selalu merasakan kehadiran-Nya dalam dirinya.
Hikmah di atas menjelaskan bahwa seorang ‘arif hanya meminta dua perkara, tanpa memperhatikan keuntungan diri. Artinya, orang² ‘arif memisahkan antara tujuan dan keuntungan diri dalam permintaan mereka. Sementara itu, yg lain tidak pernah memisahkan antara keuntungan dengan tujuan. Oleh sebab itu, permintaan seorang ‘arif lebih tinggi daripada permintaan selainnya.
Syaikh Abu Madyan berkata, ”Ada perbedaan antara orang yg tekadnya bidadari dan istana surga dengan orang yg keinginannya tersingkap hijab dan hadir bersama Allah.” Wallaahu a’lam