Hikmah 275 dlm Al-Hikam:
الْفِكْرَةُ فِكْرَتَانِ: فِكْرَةُ تَصْدِيْقٍ وَ إِيْمَانٍ، وَفِكْرَةُ شُهُوْدٍ وَ عِيَانٍ. فَا لْأُوْلَى لِأَرْبَابِ الْإِعْتِبَارِ، وَالثَّانِيَةُ لِأَرْبَابِ الشُّهُوْدِ وَ الإِسْتِبْصَارِ.
Tafakkur itu dua macam: tafakkur yg timbul dari pembenaran atau iman dan tafakkur yg timbul dari penyaksian atau penglihatan. Yg pertama milik mereka yg bisa mengambil pelajaran, sedangkan yg kedua milik mereka yg menyaksikan dan melihat dengan mata hati.
Syarah Syaikh Abdullah asy-Syarqawi:
Tafakkur maknanya petualangan hati di medan makhluk Allah Ta’ala. Tafakkur ada dua macam. Pertama, tafakkur ahli iman yg bersumber dari pokok keimanannya. Tafakkur ini bertujuan untuk naik ke kedudukan tinggi dan menambah keyakinan. Oleh sebab itu, tafakur ini disebut dengan fikrat at-taraqqi (tafakkur untuk naik). Tafakkur semacam ini milik para salikun.
Kedua, tafakkur yg bersumber dari penglihatan dan pandangan. Tafakkur ini disebut dengan fikrat at-tadalli (tafakkur untuk turun). Tafakkur ini milik para majdzubun.
Tafakkur pertama milik orang² yg bisa mengambil pelajaran, yakni orang² yg menyimpulkan bahwa keberadaan akibat (makhluk) dilahirkan oleh sebab (Khaliq). Mereka adalah para salikun saat mengalami taraqqi (naik ke atas) karena pikiran mereka bersumber dari pembenaran dan iman.
Adapun tafakkur kedua milik orang² yg menyimpulkan bahwa keberadaan sebab (Khaliq) adalah yg melahirkan akibat (makhluk). Mereka adalah para majdzubun saat mereka mengalami tadalli (turun ke bawah). Pikiran mereka bersumber dari penglihatan dan pandangan mata batin. Pikiran ini diperuntukkan bagi orang² yg dikehendaki Allah Ta’ala agar ahwal mereka semakin sempurna.
Jika tidak, sebagian, bahkan mayoritas majdzub akan tetap terpaku dalam kondisinya dan tak akan bangkit. Adapun selain mereka, yakni orang² awam, tafakkur mereka tak lain hanya untuk mendapatkan pembenaran dan keimanan, bukan untuk menambah pembenaran dan keimanan. Wallaahu a’lam