Hikmah 273 dlm Al-Hikam:
“Dua Macam Tafakkur”
الْفِكْرَةُ: سَيْرُ الْقَلْبِ فِي مَيَادِيْنِ الْأَغْيَارِ.
Tafakkur adalah petualangan hati di medan ciptaan Allah.
Berfikir yg dianjurkan Allah Ta’ala kepada makhluk-Nya, ialah memperlihatkan kebesaran kekuasaan Allah Ta’ala yg telah dijelmakan pada makhluk yg dijadikan di alam ini.
Rasulullah Saw. melihat suatu kaum, maka ditanya, “Mengapakah kamu?” Jawab mereka, “Kami sedang memikirkan Dzat Allah.” Maka sabda Rasulullah Saw., “Berfikirlah (perhatikanlah) makhluk Allah, dan jangan memikirkan Dzat Allah, maka sungguh kamu tidak dapat memperkirakannya (menjangkaunya), atau membatasi kebesaran-Nya.”
Syarah Syaikh Abdullah asy-Syarqawi:
Tafakkur adalah perjalanan hati di ranah kemakhlukan atau di medan makhluk dan ciptaan Allah Ta’ala, berupa langit, bumi, dan seluruh isinya. Dengan kata lain, tafakkur adalah perjalanan hati di tengah berbagai jenis makhluk dan ciptaan Allah Ta’ala untuk menghasilkan ilmu pengetahuan dan pelajaran serta tanda² yg menghantarkan kepada makrifat Allah dan mengenali sifat² kesempurnaan dan keindahan-Nya. Jika hati bertafakkur tentang wujud makhluk, ia akan dituntun kepada wujud sang Pencipta. Inilah tafakkurnya orang² awam.
Jika hati bertafakkur tentang kebaikan dan buahnya — berupa pahala dan kedekatan dengan Yang Maha Mulia— ia akan terdorong untuk melaksanakan kebaikan karena berharap mendapatkan pahala itu. Jika hati berpikir tentang keburukan dan buahnya — berupa azab — ia akan terdorong meninggalkan keburukan dan tidak mau mendekatinya. Inilah tafakkurnya orang² ‘abid.
Apabila hati bertafakkur tentang kefana’an dan ketidakmampuan dunia untuk memenuhi semua keinginan, ia akan bertambah zuhud dan meninggalkannya. Inilah tafakkurnya para zahid.
Bila hati bertafakkur tentang nikmat dan karunia Allah Ta’ala, kecintaannya terhadap sang Pemberi nikmat akan semakin besar. Inilah tafakkurnya orang² ‘arif.
Dalam bertafakkur, yg boleh dipikirkan hanyalah makhluk Allah Ta’ala, bukan Dzat dan hakikat-Nya karena berpikir tentang Dzat Allah Ta’ala dilarang. Rasulullah Saw. bersabda, “Berpikirlah tentang ciptaan-Nya. Jangan berpikir tentang Khaliq karena kalian takkan sanggup memperkirakan-Nya.” Wallaahu a’lam