Hikmah 269 dlm Al-Hikam:
“Karamah² yang diberikan kepada Hamba-Nya”
أَكْرَمَكَ بِكَرَامَاتٍ ثَلًاثٍ: جَعَلَكَ ذَاكِرًا لَهُ، وَ لَوْ لَا فَضْلُهُ لَمْ تَكُنْ أَهْلًا لِجَرَيَانِ ذِكْرِهِ عَلَيْكَ، وَجَعَلَكَ مَذْكُوْرًا بِهِ، إِذْ حَقَّقَ نِسْبَتَهُ لَدَيْكَ، وَجَعَلَكَ مَذْكُوْرًا عِنْدَهُ فَتَمَّمَ نِعْمَتَهُ عَلَيْكَ.
Allah memuliakanmu dengan tiga jenis kemuliaan. Pertama, Dia menjadikanmu berdzikir mengingat-Nya. Andai tidak ada karunia-Nya, tentu kau tidak layak untuk berdzikir mengingat-Nya. Kedua, Dia menjadikanmu dikenal lantaran Dia menisbatkan dzikir tadi padamu. Ketiga, Dia menjadikanmu disebut-sebut di sisi-Nya sehingga nikmat-Nya padamu menjadi sempurna.
Syarah Syaikh Abdullah asy-Syarqawi:
Tuhan — yg membuatmu menyaksikan-Nya, lalu menyuruhmu menyaksikan-Nya — telah memuliakanmu sehingga kau selalu berdzikir kepada-Nya dengan lisanmu, beribadah kepada-Nya, dan mendekati-Nya dengan hati dan batinmu. Allah Ta’ala memuliakanmu dengan tiga karamah yg dengannya kau menghimpun semua sebab kebanggaan dan sifat² terpuji.
Pertama, Allah Ta’ala menjadikanmu berdzikir kepada-Nya dengan lisanmu dan dengan ibadah lahir dan batinmu. Sekiranya bukan karena karunia-Nya, niscaya kau tidak akan layak disebut-sebut Allah Ta’ala karena kau tercipta untuk selalu kurang, malas, dan enggan. Oleh karena itu, dzikirmu kepada-Nya adalah karunia dan anugerah-Nya yg besar kepadamu. Memangnya, siapa dirimu sampai dianggap layak untuk berdzikir kepada-Nya, taat, dan bergantung kepada-Nya?
Kedua, Allah Ta’ala menjadikanmu dikenal orang, yakni kau akan disebut-sebut manusia sebagai wali Allah, makhluk pilihan-Nya, dan ahli dzikir kepada-Nya. Di sini Allah Ta’ala akan memasukkan keistimewaan-Nya pada dirimu, yaitu berupa cahaya² dzikir yg menerangi lahir dan batinmu sehingga kau memiliki keistimewaan itu dan menjadi makhluk pilihan-Nya. Keistimewaan itulah yg mendorongmu untuk selalu berdzikir dan mengingat-Nya.
Orang yg mendapatkan sedikit pemberian dari seorang raja saja biasanya terdorong untuk selalu mengingat kebaikan raja tersebut. Ia akan bahagia, selalu mengingatnya, dan selalu menjaga nama baiknya. Lantas, bagaimana sekiranya kau mendapatkan karunia agung dari Tuhan, Raja seluruh alam semesta, sehingga kau selalu disebut-sebut di sisi-Nya dan dikenal di tengah² kaum mukmin hingga akhir zaman?
Tengok misalnya para ulama dan orang² shaleh yg banyak berdzikir kepada Allah Ta’ala. Saat mereka meninggal, pujian terhadap mereka akan terus terngiang. Namanya selalu disebut orang dan tak sedikit yg mendoakan.
Ketiga, Allah Ta’ala menjadikanmu disebut-sebut di sisi-Nya. Kondisi ini sesuai dengan hadits qudsi, “Siapa yg mengingat-Ku dalam dirinya, Aku pun akan selalu mengingatnya dalam Diri-Ku. Siapa yg berdzikir mengingat-Ku di satu tempat, Aku akan mengingatnya di satu tempat yg lebih baik daripada tempatnya itu.” Allah Ta’ala menyempurnakan nikmat-Nya kepadamu dengan menyebut-nyebut namamu di sisi-Nya.
Allah Ta’ala berfirman, “Dan sesungguhnya mengingat Allah (dzikrullah) adalah lebih besar.” (QS. Al-Ankabut [29]: 45)
Ada yg berpendapat bahwa makna dzikrullah pada ayat di atas adalah “ingatan Allah”, bukan “mengingat Allah”. Artinya, ketika hamba mengingat-ingat nama Allah Ta’ala, Allah Ta’ala akan jauh lebih mengingat-ingat hamba tersebut. Wallaahu a’lam