Hikmah 267 dlm Al-Hikam:
مَا كَانَ ظَاهِرُ ذِكْرٍ إِلَّا عَنْ بَاطِنِ شُهُوْدٍ وَفِكْرٍ .
Dzikir yg terlihat bersumber dari penyaksian batin dan hasil berpikir.
Syarah Syaikh Abdullah asy-Syarqawi:
Dzikir yg lahir tak lain bersumber dari musyahadah /penyaksian terhadap Tuhan secara batin dan hasil tafakkur tentang-Nya. Masing² dari majdzub dan salik tidak mengucapkan dzikir secara lahir, kecuali setelah syuhud/menyaksikan Tuhan secara batin dan memikirkan-Nya. Seorang majdzub akan mengalami hal itu, sedangkan salik tidak mengalaminya karena tebalnya sifat kemanusiaannya. Meski demikian, ia tetap tidak kehilangan cahaya secara total. Jika tidak mendapatkan cahaya tersebut, tentu ia tidak akan berdzikir. Seperti telah disebutkan di awal, “Sekiranya tidak ada karunia Ilahi, tidak akan ada dzikir,” atau, “Sekiranya tidak ada tajalli (penampakan ilahi), tidak akan ada tahalli (penyerapan sifat-Nya).”
Maksud dzikir di sini adalah seluruh amal lahir. Disebut dzikir karena dzikir adalah ruh amal² tersebut karena semua amal mengandung dzikir (mengingat Allah). Masing² dari musyahadah /penyaksian dan tafakkur untuk melakukan dzikir dijalani oleh majdzub dan salik. Wallaahu a’lam