255. Perjalanan Menuju Allah dan Apa yang Tidak Layak Dilakukan Seorang Penempuh Jalan Menuju Allah

Hikmah 255 dlm Al-Hikam:

“Perjalanan Menuju Allah dan Apa yang Tidak Layak Dilakukan Seorang Penempuh Jalan Menuju Allah”

لَوْ لَا مَتَا دِيْنُ النُّفُوْ سِ مَا تَحَقَّقَ سَيْرُ السَّائِرِ يْنَ، إِ ذْلَا مَسَا فَةَ بَيْنَكَ وَ بَيْنَهُ حَتَّى تَطْوِ يَهَا رِحْلَتُكَ، وَلَا قُطْعَةَ بَيْنَكَ وَ بَيْنَهُ حَتَّى تَمْحُوْ هَا وُصْلَتُكَ.

Jika bukan karena medan nafsu, tentu tak akan ada perjalanan orang² yg menuju Allah karena tak ada jarak antara dirimu dan diri-Nya yg harus kau tempuh, juga tak ada permusuhan antara kau dan Allah yg harus diselesaikan.

Berjalan menuju kepada Allah Ta’ala ialah memutuskan segala rintangan syahwat hawa nafsu dan adat kebiasaan yg akan menghambat. Tidak mungkin hidup (terang) hati nurani kecuali setelah mematikan pengaruh hawa nafsu. Nikmat yg terbesar ialah bila telah dapat bebas dari pengaruh tipu daya hawa nafsu, sebab hawa nafsu itu sebagai tirai yg tebal antara engkau dengan Allah Ta’ala.

Sahl bin Abdullah ra. berkata, “Rahasia nafsu belum terbukti kecuali dalam pernyataan Fir’aun ketika ia berkata, ‘Ana rabbukumul a’la (Akulah tuhanmu yg tertinggi).'”

Tidak mungkin dapat terlepas dari belenggu hawa nafsu, kecuali dengan memperhatikan dan melaksanakan ajaran² syari’at lahir batin, tanpa mengurangi atau berlebihan, tanpa teledor dan malas.

Sayyidah A’isyah ra. berkata, “Rasulullah Saw. telah bersabda, ‘Laksanakan amal perbuatan itu sekuat tenagamu, sesungguhnya Allah tidak jemu menerima dan memberi pahala, hingga kamu jemu beramal. Dan seutama-utama perbuatan itu ialah yg terus-menerus (dawam) dilakukan meskipun sedikit.'”

Syaikh Abul Qasim al-Qusyairy qs. berkata, “Hakikat membunuh hawa nafsu itu ialah lepas bebas dari tipu dayanya, dan tidak memperhatikan sesuatu yg timbul daripadanya, dan menolak segala pengakuan²nya, dan tidak bingung (sibuk) untuk mengaturnya, dan tetap menyerahkan segala urusan itu kepada Allah Ta’ala dengan melepaskan usaha ikhtiar dan kehendak sendiri, sehingga lenyap dan hapus sama sekali pengaruh hawa nafsu itu terhadap kemanusiaannya. Adapun sisa² yg berupa gambaran kerangkanya, maka itu tidak berbahaya. Demikianlah jalan untuk membunuh hawa nafsu yg dapat segera mencapai hadiratal qudsi (tempat yg suci luhur), yg sesuai dengan tuntutan syari’at dan hakikat yg menjadi pelita bagi tiap salik yg menempuh jalan untuk mendekat kepada Allah.”

Karena itulah Rasulullah Saw. berpesan kepada Abu Dzar ra. untuk banyak membaca: Laa hawlaa wa laa quwwata illaa billaahi.

Syarah Syaikh Abdullah asy-Syarqawi:

Sekiranya tidak ada syahwat dan keinginan nafsu, niscaya perjalanan para salik menuju Allah Ta’ala tidak akan pernah ada karena Allah Ta’ala lebih dekat kepada seseorang daripada dirinya sendiri. Jadi, tak ada yg perlu ditempuh para salik untuk menuju Allah Ta’ala karena Allah Ta’ala telah berfirman, “Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.” (QS. Qaf [50]: 16)

Jauhnya jarak yg perlu ditempuh menuju yg dicintai telah terbentang di hadapanmu, wahai hamba. Ketahuilah bahwa jarak itu adalah syahwatmu sendiri. Jika syahwat ini tidak ada, kau tidak perlu berjalan jauh atau menempuh jalan menuju Allah Ta’ala karena jarak tersebut tidak ada, sebagaimana di isyaratkan Syaikh Ibnu Atha’illah dalam hikmahnya, “Karena tak ada jarak antara dirimu dan diri-Nya yg harus kau tempuh, juga tak ada permusuhan antara kau dan Allah yg harus diselesaikan.”

Permusuhan antara dirimu dengan Allah Ta’ala yg harus kau selesaikan juga tidak ada. Permusuhan tidak terjadi, kecuali pada dua hal yg saling berlawanan. Sementara di sini, kau membutuhkan cinta dan hubungan dengan-Nya. Memangnya siapa dirimu sampai berani memusuhi Allah Ta’ala?

Kesimpulannya, saat syahwatmu hilang, kau tidak perlu lagi menempuh perjalanan panjang menuju Allah Ta’ala. Perjalanan kesana bermakna memutus halangan dan rintangan jiwa, menghapus pengaruhnya, serta menyingkirkan watak dan kebiasaan buruknya agar ia bersih dari itu semua, layak dekat dengan-Nya, dan meraih kebahagiaan pertemuan dengan-Nya. Sekiranya tanpa perjuangan dan penderitaan seperti ini, perjalanan menuju Allah Ta’ala tidak pernah ada karena Allah Ta’ala lebih dekat kepadamu daripada dirimu sendiri. Jarak yg harus kau tempuh itu adalah syahwatmu sendiri yg menjadi penghalang dan yg harus kau singkirkan. Syahwatmu menjadi hijab terbesar yg menghalangimu dari Allah Ta’ala. Dengan mengekang dan mematikannya, kau akan sampai kepada Allah Ta’ala.

Abu Madyan berkata, “Siapa yg nafsunya belum mati, ia tidak akan melihat Yang Maha Haq.”

Syaikh Abul Abbas al-Mursyi qs. berkata, “Tidak ada pintu masuk untuk menemui Allah, kecuali dua: pintu kefana’an yg besar, yakni kematian, dan pintu kefana’an diri dengan mengekang nafsu.”

Hatim al-Asham berkata, “Siapa yg ikut jalan kami ini, hendaknya ia menyimpan pada dirinya empat warna kematian. Pertama, kematian merah, yaitu menentang hawa nafsu. Kedua, kematian hitam, yaitu tegar menerima penganiayaan manusia. Ketiga, kematian putih, yaitu menahan rasa lapar. Keempat, kematian hijau, yaitu menepis kebodohan dan sifat tak tahu malu.”

Ketika menempuh jalan menuju Tuhan, seorang murid harus ditemani seorang Syaikh dan Mursyid yg sudah berhasil melembutkan jiwa dan menaklukkan hawa nafsunya. Ia harus taat dan patuh kepadanya dalam setiap hal yg di nasehatinya, tanpa bertanya, ragu, atau gamang. Orang² berkata, “Siapa yg tidak memiliki Syaikh (Guru), setan adalah Syaikhnya.” Wallaahu a’lam

Al-Hikam

Mulai Perjalanan

Mulai perjalanan ruhani dalam bimbingan Mursyid Thariqat Naqsyabandiyah Khalidiyah, Sayyidi Syaikh Ahmad Farki al-Khalidi qs.

Buku Lain

Rekomendasi

Di sejumlah pesantren salafiyah, buku ini (Tanwir al-Qulub) biasanya dipelajari bersamaan dengan kitab-kitab fikih. Yang sedikit membedakan, kitab ini ditulis oleh seorang pelaku tarekat sekaligus mursyid dari tarekat Naqsyabandiyah.

Sabilus Salikin

Sabilus Salikin atau Jalan Para Salik ini disusun oleh santri-santri KH. Munawir Kertosono Nganjuk dan KH. Sholeh Bahruddin Sengonagung Purwosari Pasuruan.
All articles loaded
No more articles to load

Sabilus Salikin

Sabilus Salikin atau Jalan Para Salik ini disusun oleh santri-santri KH. Munawir Kertosono Nganjuk dan KH. Sholeh Bahruddin Sengonagung Purwosari Pasuruan.
All articles loaded
No more articles to load

Tingkatan Alam Menurut Para Sufi

“Tingkatan Alam Menurut Para Sufi” فَإِذَا سَوَّيْتُهُۥ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِنْ رُّوحِى فَقَعُوا لَهُۥ سٰجِدِينَ “Maka…

Islam, Iman dan Ihsan

عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَيْضاً قَالَ : بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى…

Hidup Ini Terlalu Singkat

Postingan yg indah dari Bunda Amanah: Bismillahirrahmanirrahim. “Hidup ini Terlalu Singkat” Oleh: Siti Amanah Hidup…
All articles loaded
No more articles to load

Mengenal Yang Mulia Ayahanda Guru

Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya Muhammad Amin al-Khalidi qs.

Silsilah Kemursyidan

Dokumentasi

Download Capita Selecta

Isra' Mi'raj (Rajab)

26 Jan - 05 Feb

Ramadhan

30 Mar - 09 Apr

Hari Guru & Idul Adha

20 Jun - 30 Jun

Muharam

27 Jul - 06 Ags

Maulid Nabi

28 Sep - 08 Okt

Rutin

30 Nov - 10 Des

All articles loaded
No more articles to load
All articles loaded
No more articles to load
All articles loaded
No more articles to load

Kontak Person

Mulai perjalanan ruhani dalam bimbingan Mursyid Thariqat Naqsyabandiyah Khalidiyah, Sayyidi Syaikh Ahmad Farki al-Khalidi qs.

Abangda Teguh

Kediri, Jawa Timur

Abangda Tomas

Pangkalan Bun 

Abangda Vici

Kediri, Jawa Timur

WhatsApp
Facebook
Telegram
Twitter
Email
Print

Daftar Isi