Hikmah 248 dlm Al-Hikam:
جَعَلَهُ لَكَ عَدُوًّا لِيَحُوْ شَكَ بِهِ إِلَيْهِ، وَحَرَّ كَ عَلَيْكَ النَّفْسَ لِيَدُ وْمَ إِقْبَالُكَ عَلَيْهِ.
Allah menjadikan setan sebagai musuhmu agar kau benci kepadanya dan berlindung kepada-Nya. Dia juga tetap menggerakkan nafsumu supaya kau selalu menghadap kepada-Nya.
Kata pujangga, “Sungguh aku telah di uji dengan empat musuh yg selalu melempar aku dengan anak panah yg dapat menembus. Yaitu: Iblis, dunia, hawa nafsu dan syahwat. Ya Tuhanku, hanya Engkau yg dapat menyelamatkan aku.”
Allah Ta’ala menjadikan setan sebagai musuh manusia ini suatu nikmat besar bagi manusia, sebab dengan demikian manusia harus selalu berlindung dan mendekat kepada Allah Ta’ala, untuk menjaga keselamatan diri dari setan (musuhnya) yg kawakan dan sangat samar itu, kecuali dengan perlindungan Allah Ta’ala.
Syarah Syaikh Abdullah asy-Syarqawi:
Allah Ta’ala menjadikan untukmu musuh, yaitu setan. Allah Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya setan adalah musuh bagi kalian.” Hal itu dimaksudkan agar kau benci padanya sehingga kau terdorong untuk berlindung kepada Allah Ta’ala. Jika kau menyadari bahwa kau tak mampu melawan setan sendirian, tentu kau akan terdorong untuk meminta bantuan kepada Yang Maha Kuat dan Maha Perkasa. Kau pasti akan berlindung dan bertawakkal kepada-Nya untuk melawan setan.
Permusuhan setan itulah yg mengembalikanmu kepada Allah Ta’ala. Inilah tujuan utama dijadikannya setan sebagai musuh manusia. Namun demikian, bagi orang² yg mengarahkan tekadnya kepada Yang Maha Haq, mereka tidak lagi membutuhkan musuh untuk mereka benci karena ketergantungan mereka kepada Allah Ta’ala sudah menjadi kebiasaan. Mereka tidak akan menoleh kepada Iblis. Sekiranya Allah Ta’ala tidak memerintahkan mereka untuk berlindung kepada-Nya dari Iblis itu, mereka tidak akan berlindung darinya. Memangnya siapa Iblis sampai harus ditakuti?
Allah Ta’ala juga menggerakkan nafsumu atau membuatmu selalu mengikuti hawa nafsumu agar kau selalu menghadap kepada-Nya. Kau takkan sanggup melawan hawa nafsumu dan mengekang geloranya yg sudah menyatu dengan darah dan dagingmu, kecuali kau berlindung kepada Dzat yg lebih kuat darimu, yaitu Allah Ta’ala.
Allah Ta’ala menggerakkan nafsumu agar kau selalu berlindung kepada-Nya karena nafsu adalah musuh bebuyutanmu. Nafsu seumpama musuh dalam selimut. Musuh dalam selimut lebih berbahaya daripada musuh yg nyata. Oleh sebab itu, Rasulullah Saw. menganggap jihad melawan hawa nafsu adalah jihad terbesar. Wallaahu a’lam