Hikmah 243 dlm Al-Hikam:
خَيْرُ الْعِلْمِ مَا كَا نَتِ الْخَشْيَةُ مَعَهُ.
Sebaik-baik ilmu adalah yg disertai rasa takut pada-Nya.
Rasulullah Saw. bersabda: “Orang yg menuntut ilmu agama itu, Allah menjamin rezekinya.”
Juga sabda Rasulullah Saw.: “Sesungguhnya para malaikat meletakkan sayapnya pada orang yg menuntut ilmu, karena suka (gemar pada apa yg dituntut).”
Rasulullah Saw. berlindung kepada Allah: “Allahumma inni a’udzu bika min laa yanfa’ (Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yg tidak berguna).” Ilmu yg tidak berguna yaitu yg tidak menimbulkan rasa takut kepada Allah Ta’ala.
Syaikh Abul Qasim Junayd al-Baghdadi qs. ketika ditanya: “Apakah ilmu yg berguna?” Jawabnya: “Ialah yg menunjukkan engkau kepada Allah, dan menjauhkan dari menurutkan hawa nafsu syahwatmu.”
Rasulullah Saw. bersabda: “Siapa yg cinta dunia, berbahaya akhiratnya, dan siapa yg cinta akhirat, berbahaya dunianya. Ingatlah kamu harus mengutamakan yg kekal abadi daripada yg lekas rusak hancur.”
Syarah Syaikh Abdullah asy-Syarqawi:
Rasa takut kepada Allah Ta’ala adalah rasa takut yg disertai dengan pengagungan terhadap-Nya. Ada yg mengatakan, rasa takut yg dimaksud adalah pengagungan yg disertai dengan penghormatan. Ada lagi yg berpendapat, ilmu adalah rasa takut yg harus disertai amal. Dengan kata lain, ilmu yg terbaik adalah ilmu yg disertai rasa takut kepada Allah Ta’ala.
Allah Ta’ala memuji para ulama dengan ilmunya yg disertai rasa takut kepada-Nya. Dia berfirman, “Sesungguhnya yg takut kepada Allah di antara hamba²Nya hanyalah ulama.” (QS. Fathir [35]: 28)
Setiap ilmu yg tidak disertai rasa takut tidak akan ada gunanya dan tidak mengandung kebaikan sama sekali. Pemiliknya tidak disebut alim sejati.
IImu yg benar adalah yg harus disertai rasa takut, sikap menjaga hukum Allah Ta’ala, taat dan percaya kepada-Nya, berpaling dari dunia dan para pencarinya, mengurangi kebendaan dan menjauhi pintu²nya, memberi nasehat kepada makhluk dan berakhlak baik terhadap mereka, tawadhu’, menemani orang² fakir, serta mengagungkan para wali Allah.
Lain halnya dengan ilmu yg tidak disertai rasa takut, ia selalu memupuk keinginan terhadap dunia, menciptakan kesombongan pemiliknya, memalingkan tekad untuk mencarinya, menumbuhkan kesombongan, membuat panjang harapan, dan melupakan akhirat. Jika seorang alim mencintai dunia dan para pencarinya, serta mengumpulkannya melebihi kecukupannya, berarti ia lalai dari akhirat dan dari ketaatan kepada Allah Ta’ala sebesar kelalaiannya. Wallaahu a’lam