Hikmah 236 dlm Al-Hikam:
“Kenikmatan Sempurna Adalah Rezeki Yang Mencukupi”
مِنْ تَمَا مِ النِّعْمَةِ عَلَيْكَ أَ نْ يَرْ زُقَكَ مَا يَكْفِيْكَ وَ يَمْنَعَكَ مَا يُطْغِيْكَ.
Di antara bentuk kesempurnaan nikmat atasmu adalah ketika Dia memberi sesuatu yg mencukupimu dan menahan sesuatu yg akan mencelakakanmu.
Sa’ad bin Abi Waqqash ra. berkata: “Saya telah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: ‘Sebaik-baik rizqi yg mencukupi, dan sebaik-baik dzikir yg samar.'”
Abu Darda’ ra. berkata: “Rasulullah Saw. bersabda: ‘Tiada terbit atau terbenam matahari melainkan di sisinya ada dua malaikat berseru, seruan itu dapat didengar oleh semua makhluk kecuali manusia dan jin: Hai sekalian manusia silahkan kembali kepada Tuhan, sesungguhnya yg sedikit tetapi mencukupi itu lebih baik dari yg banyak hingga melalaikan (menyesatkan).'”
Firman Allah: “Pergunakan semua yg diberikan Allah kepadamu (yaitu yg berupa hidup, panca indera, akal pikiran, tenaga dan harta kekayaan) untuk mencapai kebahagiaan dan keuntungan akhirat, dan jangan kau lupakan bagianmu daripada dunia.”
Kepentingan yg pertama dan utama ialah keselamatan akhirat. Sebab siapa yg sungguh beramal untuk akhirat maka dunianya terjamin, sebaliknya jika amal usahanya hanya untuk dunia maka baginya tidak bertambah dari ketetapan Allah Ta’ala dan akhirat rugi tidak dapat apa².
Rasulullah Saw. bersabda: “Bukannya kekayaan itu dengan banyaknya harta benda, tetapi kekayaan yg sesungguhnya ialah kaya hati/tenang jiwa.”
Tersebut dalam kitab² yg dahulu, Allah berfirman: “Sesungguhnya seringan-ringan hukuman-Ku terhadap seorang alim jika ia condong kepada keduniaan, akan Aku cabut daripadanya kelezatan bermunajat kepada-Ku.”
Syarah Syaikh Abdullah asy-Syarqawi:
Di antara bentuk kesempurnaan nikmat Allah Ta’ala atasmu adalah ketika Dia memberimu sesuatu yg dapat mencukupi kebutuhanmu dan menahan sesuatu yg akan mencelakakanmu atau menjerumuskanmu ke dalam tindakan berlebihan (thughyan), terutama dalam urusan harta.
Allah Ta’ala berfirman, “Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar² melampaui batas karena dia melihat dirinya serba cukup.” (QS. Al-‘Alaq [96]: 6-7)
Di dalam hadits disebutkan, “Apa yg sedikit dan cukup lebih baik daripada yg banyak, tetapi melenakan.”
Pemberian yg tidak mencukupi kebutuhan, biasanya, akan membuat seseorang sibuk dan melalaikan ketaatan kepada Allah Ta’ala. Pemberian semacam itu tidak disebut sebagai kesempurnaan nikmat. Wallaahu a’lam