Hikmah 235 dlm Al-Hikam:
مَا تَجِدُهُ الْقُلُوْ بُ مِنَ الْهُمُوْ مِ وَالْأَحْزَا نِ فَلِأَجْلِ مَا مُنِعَتْ مِنْ وُجُوْدِ الْعِيَا نِ.
Bila hati masih merasa risau dan sedih berarti masih terhalang untuk menyaksikan-Nya.
Firman Allah menceritakan ketika Sayyidina Abu Bakar as-Shiddiq ra. bersama Rasulullah Saw. di gua Tsur, dimana Sayyidina Abu Bakar ra. risau dan sedih hati, langsung oleh Rasulullah Saw. di ingatkan: “Jangan bersedih, sesungguhnya Allah beserta kita.”
Syaikh Abu Bakar asy-Syibli qs. berkata: “Siapa yg benar² mengenal Allah tidak akan risau atau berduka cita untuk selama-lamanya.”
Firman Allah Ta’ala: “Ingatlah, sesungguhnya para waliyullah itu tidak merasa takut dan tidak merasa duka cita.”
Dan sabda Rasulullah Saw. kepada Sayyidina Abu Bakar ra. ketika di gua Tsur: “Ya Abu Bakar, ma dhannuka bi isnain allahu tsalitsu huma.” (Bagaimanakah perasaanmu hai Abu Bakar terhadap dua orang yg disertai/dilindungi oleh Allah.)
Syarah Syaikh Abdullah asy-Syarqawi:
Bila hati masih merasakan sedih dan risau terhadap hal² yg bersifat duniawi, berarti hati tersebut masih terhalang dari melihat Allah Ta’ala dengan mata batinnya. Jika tidak, tentu ia tidak akan merasakan risau dan sedih atas hilangnya sesuatu dari dunia ini.
Perasaan risau dan sedih tersebut adalah akibat dari sikap memandang diri sendiri dan mengedepankan maslahat pribadi. Sekiranya seseorang tidak melihat dirinya sendiri dan hanya menyaksikan Tuhannya, tentu ia akan selalu senang dan bahagia. Allah Ta’ala berfirman, “Janganlah kau bersedih. Sesungguhnya Allah senantiasa bersama kita.”
Siapa yg hatinya bersinar dengan cahaya makrifat, ia tidak akan bersedih selamanya. Akan tetapi, jika orang yg mencapai maqam ini masih merasakan kesedihan dan kerisauan yg tak tertahankan, ketahuilah bahwa di dalam kesedihan dan kerisauan itu masih ada faedah yg mulia. Kesedihan dan kerisauan dapat menjernihkan hati dan memadamkan hawa nafsu serta mengurangi kesenangan dunia.
Kerisauan selalu berhubungan dengan sesuatu yg akan datang dan kesedihan berhubungan dengan sesuatu yg sudah lampau. Keduanya bisa terjadi terhadap perkara² ukhrawi.
Seorang ahli neraka tidak mengalami kerisauan dan kesedihan, kecuali ia tidak bisa menyaksikan Tuhannya. Jika ia sudah melihat Tuhannya, ia tidak lagi mengalami dua perasaan itu. Azab akan terasa manis dan nikmat dalam pandangannya. Wallaahu a’lam