Hikmah 233 dlm Al-Hikam:
تَطَلُّعُكَ اِلٰى بقاءِ غَيرِهِ دَلِيلٌ علٰى عدمِ وِجْدَانِكَ لهُ واسْتِحياَشُكَ لفِقدَانِ ماَسوَاهُ دليلٌ علٰى عدمِ وُصْلتكَ بهِ
Keinginanmu terhadap kekalnya sesuatu selain Allah menjadi bukti bahwa kau belum bertemu dengan-Nya. Kerisauanmu lantaran kehilangan sesuatu selain Allah menjadi bukti bahwa kau belum sampai kepada-Nya.
Mengharap tetapnya sesuatu itu berarti cinta pada sesuatu tersebut, dan barang siapa mencintai sesuatu pasti dia menjadi hamba sesuatu yg dicintai, begitu juga mengharap tetapnya warid, maqam, dan lain² itu menunjukkan kalau dia belum menemukan Allah Ta’ala, dan barang siapa masih berhajat kepada selain Allah Ta’ala itu berarti ia belum makrifat kepada Allah Ta’ala, dan barang siapa masih risau/susah sebab kehilangan ahwal atau warid atau lainnya, itu berarti ia belum sampai/wushul kepada Allah Ta’ala.
Karena orang yg sudah sampai itu tidak akan merasa risau/susah sebab kehilangan sesuatu selain Allah Ta’ala. Dan itulah bukti ia telah mencapai derajat yg tinggi, akan tetapi selama masih menginginkan tetapnya sesuatu atau susah dengan hilang/tidak adanya sesuatu, maka itu suatu bukti bahwa ia belum mencapai derajat hakikat.
Syarah Syaikh Abdullah asy-Syarqawi:
Keinginanmu terhadap kekalnya sesuatu selain Allah, seperti kekalnya warid yg berupa karunia Ilahi dalam bentuk cahaya, maqam, dan kenikmatan lahir dan batin, adalah bukti bahwa kau ada bukan untuk-Nya dan kau belum menemukan-Nya. Jika kau menemukan Allah Ta’ala di hatimu dan seluruh batinmu berkumpul untuk-Nya, kau tidak akan menginginkan kekekalan segala sesuatu selain-Nya.
Kerisauanmu lantaran kehilangan sesuatu selain-Nya, seperti karunia² di atas, adalah bukti bahwa kau belum terhubung dengan-Nya dan belum sampai kepada-Nya. Jika kau telah sampai kepada-Nya, niscaya kau akan melupakan segala sesuatu selain-Nya dan tidak risau saat kehilangan sesuatu selain-Nya.
Jika hati seorang salik telah mendapatkan warid, lalu ia mengaku telah sampai kepada Allah Ta’ala, namun masih mencari dan menghendaki suatu benda yg dicintai atau resah karena kehilangannya, itu adalah bukti bahwa ia belum mendapatkan maqam mulia seperti itu.
Syaikh Abul Qasim Junaid al-Baghdadi qs. berkata, “Kau tidak akan menjadi hamba Allah yg sejati sebelum kau memerdekakan diri dari segala sesuatu selain-Nya. Kau pun tidak akan mendapatkan kemerdekaan sejati sebelum kau menjadi hamba-Nya.” Wallaahu a’lam