Hikmah 232 dlm Al-Hikam:
“Seorang Salik Tidak Layak Berharap Langgengnya Karamah”
لاَتَطْلُبَنَّ بَقَاءَ الوَرِدَاتِ بعدَ انْبَسَطَتْ اَنْوَارَهاَ واَوْدَعَتْ اسْرَارهَا فلكَ فى اللهِ غِنىً عَنْ كُلِّ شَىءٍ وليسَ يُغْنيْكَ عنهُ شىءٌ
Jangan sekali-kali mengharapkan kekalnya warid yg telah selesai membentangkan cahayanya dan menyingkapkan seluruh rahasianya. Semua yg kau butuhkan ada pada Allah dan kau tidak memerlukan yg lain.
Maksud dari mendapatkan anwar/nurnya warid yaitu: rusak dan hancurnya kebiasaan hawa nafsumu, sehingga hati menjadi bersih dari syahwat jasmaniyyah dan kebiasaan nafsu sehingga lahir dan batinnya hanya menghamba kepada Allah Ta’ala. Maksud dari: setelah tertangkap rahasia² warid, yaitu adanya yaqin, thuma’ninah dan makrifat dalam hatimu, dan adanya zuhud, ridha, dan taslim, dan munculnya rasa khusyuk, tawadhu’ dan hinanya diri dalam hati. Itu semua sebagai tanda Al-Warid Al-Ilahiyyah.
Dan ketahuilah bahwa semua warid, adanya anwar (cahaya²), tingkat² maqam kewalian, dll, itu semua semata-mata anugerah dari Allah Ta’ala kepada hamba-Nya, karena itu hamba tidak boleh bergantung kepada semua itu, tapi cukuplah bergantung pada Allah Ta’ala, dan mengabdi kepada-Nya.
Syaikh Abu Sulaiman ad-Darani qs. ditanya apakah paling utamanya perkara yg bisa mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah? Beliau menjawab: “Supaya Allah mengetahui bahwa dalam hatimu tidak mengharapkan sesuatu kecuali hanya Allah, baik itu di dunia maupun di akhirat.”
Syarah Syaikh Abdullah asy-Syarqawi:
Jangan sekali-kali mengharapkan kekalnya ahwal qalbu yg telah selesai membentangkan cahayanya kepadamu, yakni dengan mengajari lahir dan batinmu cara² beribadah dan melaksanakan ‘ubudiyah atau yg telah selesai menyingkapkan rahasia²nya kepadamu, yaitu berupa keagungan² rububiyah yg tampak jelas di hadapan hatimu. Sekalipun kau telah merasakan faedah yg diberikan warid itu, hendaknya kau jangan sekali-kali berharap warid itu kekal bercokol dalam dirimu, lalu kau bersedih bila ia pergi meninggalkanmu karena yg sebenarnya kau butuhkan adalah Allah Ta’ala, bukan yg lain.
Seseorang berkata, “Setiap hal yg hilang darimu akan ada gantinya. Akan tetapi, jika Allah hilang darimu, takkan ada pengganti-Nya.”
Allah Ta’ala menempatkanmu ke dalam satu keadaan batin agar kau mengambil manfaat yg berupa perkenalan dengan-Nya. Jika manfaat tersebut telah sampai ke tanganmu, jangan kau harap ia tetap ada padamu, sebagaimana keberadaan seorang Rasul tidak lagi diperlukan setelah risalahnya tersampaikan. Keberadaan seorang penjaga amanat tidak lagi dibutuhkan setelah amanatnya terlaksana. Jika kau meminta agar Rasul dan penjaga amanat itu tetap ada, berarti kau menjadi budak mereka. Wallaahu a’lam