Hikmah 231 dlm Al-Hikam:
لاتُزَكِّيَنَّ واَرِداً لاَتَعلَمُ ثَمرَتهُ فلَيسَ المرَادُمن السَّحابةِ وجودُ الاَمطاَرِ انّما المُرَادُ وجَُودالاَثْمَارِ.
Jangan membanggakan datangnya warid yg buahnya tidak kau ketahui karena tujuan bergumpalnya awan bukanlah turunnya hujan, melainkan tumbuhnya buah-buahan.
Apabila warid datang dari Allah Ta’ala ke dalam hatimu, akan tetapi tidak menjadikanmu cinta kepada Tuhanmu, semangat melaksanakan taat kepada-Nya dengan memenuhi hak²Nya, jangan kamu merasa bangga/senang dengan warid seperti ini, karena buah dari pada warid dalam hati itu bisa merubah sifat² hati yg jelek menjadi terpuji, seperti keterangan hikmah yg terdahulu.
Sebagaimana isyarah dari Syaikh Ibnu Atha’illah tentang datangnya awan, tujuan utamanya bukan sekedar hujan, tapi hasilnya bumi setelah datangnya hujan yakni berupa buah dari tanaman. Begitu juga dengan datangnya warid/ahwal bukan sekedar amal yg hudhur, tapi yg lebih utama hasilnya yaitu ridha, syukur, dan masuk ke dalam An-Nur, dan kemuliaan berjumpa Allah Al-Ghafur (Yang Maha Pengampun).
Ingatlah!! terkadang warid/ahwal itu bisa menjadi hijab, bagi orang yg berhenti dan bangga pada warid tersebut. Sebagian ulama mengatakan: Takutlah kamu dengan rasa manis/enaknya taat, karena itu bagaikan racun yg membunuh, bagi orang yg berhenti pada rasa tersebut, janganlah kamu menjadi hambanya hal/warid, tapi jadilah hambanya yg memberi hal/warid (yakni Allah Ta’ala).
Syarah Syaikh Abdullah asy-Syarqawi:
Jangan kau senang dengan datangnya warid jika buah dari warid itu tidak kau ketahui. Jangan kau bangga dengan datangnya warid jika hatimu tidak terdorong untuk lebih dekat, taat, dan melaksanakan semua hak rububiyah-Nya. Buah sesungguhnya dari warid ialah terpengaruhnya hatimu oleh warid itu sehingga sifat² burukmu berubah menjadi terpuji. Jika hal ini tidak kau alami, jangan kau senang dan bangga terlebih dahulu dengan datangnya warid. Bisa jadi, kau tertipu olehnya.
Ketahuilah, awan mendung datang untuk menumbuhkan buah-buahan, bukan untuk menurunkan hujan. Demikian pula warid, yg penting adalah buahnya karena banyak orang yg mendapatkan warid atau mengalami ahwal, namun justru mereka tertipu sehingga meninggalkan amalan² lahir. Wallaahu a’lam