Hikmah 227 dlm Al-Hikam:
“Karunia Ilahi Yang Di Ilhamkan Ke Dalam Hati Akan Menyalahi Kebiasaan”
مَتَى وَرَدَتِ الْوَارِ دَاتُ اْلإِلَهِيَّةُ إِلَيْكَ هَدَ مَتِ الْعَوَائِدَ عَلَيْكَ. (إِ نَّ الْمُلُوْ كَ إِذَا دَ خَلُوْ اقَرْيَةً أَفْسَدُ وَهَا)
Ketika berbagai limpahan karunia Ilahi datang kepadamu, lenyaplah semua kebiasaan burukmu karena, “Sesungguhnya raja² apabila memasuki suatu negeri, niscaya mereka membinasakan negeri itu dan membuat penduduknya yg mulia menjadi hina.” (QS. An-Naml [27]: 34)
Yg dimaksud al-Waridatul Ilahiyyah dalam hikmah ini yaitu: rasa cinta dan rindu yg sangat, yg diberikan Allah Ta’ala ke dalam hati hamba-Nya, atau juga rasa ketakutan yg sangat, sehingga bisa menghancurkan dan mengeluarkan kebiasaan dan kesenangan hawa nafsu, dan bergegas menuju makrifat dan ridho-Nya.
Syarah Syaikh Abdullah asy-Syarqawi:
“Limpahan karunia Ilahi” dalam hikmah tersebut adalah manifestasi Allah Ta’ala atau ahwal. Ketika semua itu masuk ke dalam hatimu dan menciptakan ahwal, ia akan melenyapkan kebiasaan² dan perkara² buruk jiwamu. Karunia Ilahi memiliki kekuatan besar. Jika meresap ke dalam hati yg banyak berisi keburukan dan kekotoran, ia akan membersihkannya dan menggantinya dengan ahwal yg berisi sifat² yg diridhai-Nya.
Biasanya, para raja dengan bala tentaranya, jika masuk ke sebuah negeri, akan memusnahkan negeri itu dan menghancurkan semua kenikmatan yg biasa didapat oleh penduduknya. Demikian pula karunia Ilahi, ia di umpamakan dengan bala tentara raja. Jika ia memasuki hati, ia akan memusnahkan semua yg ada di dalamnya.
Ini adalah jawaban dari ungkapan yg menyatakan bahwa kebiasaan adalah sesuatu yg selalu dilakukan oleh watak dan tabiat sehingga sulit untuk dihilangkan meski oleh limpahan karunia Ilahi. Namun, limpahan karunia Ilahi itu memiliki sifat menghancurkan dan memusnahkan, seperti halnya bala tentara raja². Dengan demikian, ia mampu menghapus kebiasaan² buruk dalam hati. Wallaahu a’lam