Hikmah 216 dlm Al-Hikam:
“Cahaya Yang Masuk Ke Dalam Hati”
نْوَارٌ أُذِنَ لَهَا فِي الْوُصُوْ لِ، وَأَ نْوَارٌ أُذِنَ لَهَا فِي الدُّ خُوْلِ.
Ada cahaya yg hanya diperkenankan sampai ke lahiriah qalbu dan ada cahaya yg diperkenankan untuk masuk ke dalamnya.
Ada kalanya Nur itu hanya sampai di hati (luar hati), tidak masuk ke dalam hati, mereka bisa melihat Allah Ta’ala dan melihat dirinya, melihat dunia dan akhiratnya, masih cinta dunia dan cinta Akhiratnya, masih bersama dirinya dan bersama Allah Ta’ala. Apabila Nur itu sudah masuk ke dalam hatinya, dalam pandangannya hanya ada Allah Ta’ala, sehingga tidak ada yg dicinta, diharap, dan disembah melainkan Allah Ta’ala semata-mata.
Syarah Syaikh Abdullah asy-Syarqawi:
Cahaya makrifat yg diperbolehkan masuk ke dalam hati terbagi ke dalam dua kategori. Ada cahaya yg diperkenankan sampai ke lahir qalbu saja dan ada cahaya yg diperkenankan masuk sampai ke lubuknya. Cahaya yg hanya sampai ke lahir qalbu mendorong qalbu untuk melihat Tuhannya, dunia, dan akhiratnya. Oleh sebab itu, terkadang ia bersama Tuhannya, terkadang mencintai akhiratnya, dan sesekali mencintai dunianya. Akan tetapi, cahaya yg masuk ke dalam lubuk hati akan membuat hati itu tertutup dari segala sesuatu, kecuali wujud Allah Ta’ala. Dengan cahaya itu, hati tidak akan mencintai selain-Nya dan tidak akan menyembah kecuali kepada-Nya.
Seorang ‘arif berkata, “Jika iman hanya ada di bagian luar qalbu, hamba akan mencintai dunia dan akhiratnya. Ia akan sesekali bersama Tuhannya dan sesekali bersama dirinya sendiri. Akan tetapi, jika iman masuk ke dalam batin qalbunya, hamba akan membenci dunianya dan meninggalkan hawa nafsunya.” Wallaahu a’lam