Hikmah 212 dlm Al-Hikam:
لَا تُدْ هِشْكَ وَارِدَاتُ النِّعَمَ عَنِ الْقِيَا مِ بِحُقُوْ قِ شُكْرِ كَ، فَإِنَّ ذَ لِكَ مِمَّا يَحُطُّ مِنْ وُجُوْدِ قَدْ رِكَ .
Jangan sampai nikmat yg berlimpah membuatmu lalai dalam menunaikan kewajiban bersyukur karena hal itu dapat merendahkan derajatmu dihadapan Allah.
Kita diperintah oleh Allah Ta’ala untuk mensyukuri semua nikmat pemberian-Nya menurut kadar kemampuan yg diberikan Allah Ta’ala kepada kita, bukan sebanyak nikmat yg diberikan Allah Ta’ala. Sebab itu tidak mungkin kita laksanakan, karena Allah Ta’ala memberi nikmat yg besar kepada kita sesuai dengan kebesaran Allah Ta’ala, sedangkan kita harus mensyukuri nikmat menurut kadar kemampuan kita dari Allah Ta’ala.
Nabi Dawud as. berkata: “Tuhanku, anak Adam ini telah Engkau beri pada tiap helai rambut ada nikmat diatas dan dibawahnya, maka bagaimana akan dapat menunaikan syukur kepada-Mu?”
Jawab Allah Ta’ala: “Hai Dawud, Aku memberi sebanyak-banyaknya, dan rela menerima yg sedikit, dan untuk mensyukuri nikmat itu bila engkau mengetahui bahwa nikmat yg ada padamu itu dari Aku (Allah).”
Umar bin Abdul Aziz ra. berkata: “Tiadalah Allah memberi nikmat kepada hamba, kemudian hamba mengucap “Alhamdulillaah” , melainkan nilai pujian itu jauh lebih besar dari nikmat yg diberikan itu.”
Syarah Syaikh Abdullah asy-Syarqawi:
Jangan sampai limpahan nikmat membuatmu terpesona dan lalai dalam menunaikan kewajiban² syukurmu kepada Tuhan atas nikmat itu. Misalnya, dengan melihat kelemahan dirimu dalam menunaikan hak² itu sehingga kau lupa bersyukur. Sikap lalai itulah yg dapat merendahkan derajatmu. Allah Ta’ala telah mengangkat derajatmu dan membuat yg sedikit padamu menjadi banyak. Allah Ta’ala berfirman, “Barang siapa membawa amal yg baik maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya.” (QS. Al-An’am [6]: 160)
Jangan sampai banyaknya nikmat yg diberikan Allah Ta’ala kepadamu membuat dirimu lupa bersyukur kepada-Nya. Jangan sampai pula kau berpandangan bahwa nikmat yg kau rasakan itu datang dengan sendirinya sehingga kau tidak mau bersyukur kepada yg memberinya. Kedua sikap ini adalah sikap yg bodoh dan tercela.
Di antara bentuk syukur dengan lisan adalah berdzikir mengingat Allah Ta’ala, atau membaca wirid setelah shalat lima waktu. Wallaahu a’lam