Hikmah 211 dlm Al-Hikam:
“Kebanyakan Manusia Tidak Mengerti Nilai Kenikmatan Kecuali Setelah Berlalu “
مَنْ لَمْ يَعْرِفْ قَدْ رَ النِّعَمِ بِوُ جْدَانِهَاعَرَ فَهَا بِوُجُوْ دِ فُقْدَا نِهَا.
Orang yg tidak mengetahui nilai nikmat tatkala mendatanginya akan sadar tatkala sudah lepas dari dirinya.
Kebanyakan manusia itu tidak tahu agung dan besarnya nikmat² yg dirasakan, kecuali ketika kehilangan nikmat tersebut. Sehingga banyak yg bilang: orang yg tahu besarnya harga air, yaitu hanya orang yg dicoba kehausan di hutan. Kalau dia berada di tepi sungai yg mengalir, dia tidak akan tahu besarnya harga air.
Begitu juga dengan nikmat Rahmat, Hidayah, diberi kekuatan bisa beribadah dan taat, yg itu sebagai nikmat yg sangat besar, yg terkadang kita lupa kalau semua itu pemberian dari Allah Ta’ala yg sangat besar dan agung. Sehingga terkadang kita akui kalau itu semua milik kita, kemampuan kita, hasil usaha kita dan lain². Sehingga terkadang Allah Ta’ala memberi cobaan kepada kita berbuat dosa/maksiat (kegelapan), supaya kita sadar dan ingat bahwa semua nikmat itu atas pemberian Allah Ta’ala yg wajib kita syukuri.
Rasulullah Saw. bersabda: “Jika seseorang melihat orang yg lebih dari padanya kekayaan dan kesehatannya, maka hendaklah ia juga melihat kepada orang yg lebih menderita dari padanya.”
Dalam riwayat lain Rasulullah Saw. bersabda: “Lihatlah orang² yg dibawahmu, dan jangan melihat orang yg di atasmu, karena yg demikian itu akan menyebabkan meremehkan nikmat yg diberikan Allah kepadamu.”
Syaikh Sariy as-Saqathi ra. berkata: “Siapa yg tidak menghargai nikmat, maka akan dicabut nikmat itu dalam keadaan ia tidak mengetahui.”
Syaikh Fudhail bin Iyadh ra. berkata: “Tetaplah mensyukuri nikmat, sebab jarang sekali nikmat yg telah hilang akan datang kembali. Sesungguhnya orang yg sangat mengetahui nikmatnya air itu, hanya orang yg benar² haus.”
Orang yg beruntung yaitu: orang yg pengertian dengan pengalaman (dengan kejadian) yg terjadi pada dirinya atau orang lain. Dan siapa yg tidak mensyukuri nikmat berarti membiarkannya hilang, dan siapa yg mensyukuri nikmat berarti telah mengikat nikmat itu dengan tali ikatannya.
Syarah Syaikh Abdullah asy-Syarqawi:
Ini adalah penegasan dari hikmah sebelumnya. Syaikh Ibnu Atha’illah berkata, “Turunnya kegelapan adalah sebagai pertanda dan pengenal besarnya kenikmatan karena segala sesuatu akan semakin jelas dengan adanya kebalikannya.”
Saat ada lawan atau tandingannya akan tampaklah keutamaan sebuah benda. Nikmat pandangan akan diketahui manakala seseorang di uji dengan kebutaan. Kadar air dan nilainya akan diketahui seseorang manakala ia diuji dengan rasa haus yg berat di tengah padang pasir tandus. Nilai air tidak akan diketahui oleh orang yg ada di pinggir danau atau sungai yg mengalir. Nikmat itu baru terasa oleh seseorang tatkala nikmat itu sudah hilang darinya. Wallaahu a’lam