Hikmah 204 dlm Al-Hikam:
“Pilihlah Sesuatu Yang Berat Menurut Nafsu”
إِذَا الْتَبَسَ عَلَيْكَ أَمْرَانِ فَا نْظُرْ أَ ثْقَلَهُمَا عَلَى النَّفْسِ فَا تَّبِعُهُ ,فَإِ نَّهُ لَا يَثْقُلُ عَلَيْهَا إِلَّا مَا كَا نَ حَقًّا
Jika ada dua hal yg tidak jelas bagimu, lihatlah mana di antara keduanya yg paling berat bagi nafsu, lalu ikutilah ia karena tidaklah terasa berat bagi nafsu, kecuali sesuatu yg benar.
Seorang salik/murid seharusnya selalu curiga dengan nafsunya, sehingga apabila akan mengerjakan dua amalan yg keduanya sama wajibnya atau sama sunnahnya, maka seharusnya ia memilih dan mengerjakan yg berat menurut nafsunya, karena apabila nafsu itu merasa berat itu tanda kalau amalan itu yg haq atau yg lebih utama, karena pada hakikatnya yg namanya ibadah itu sesuatu yg bertentangan/bertolak belakang dengan hawa nafsunya. Tetapi apabila seorang murid memilih yg lebih ringan dan menyenangkan nafsunya, menurut para ulama’ ‘arifin termasuk golongan hati yg ada sifat nifaqnya.
Syarah Syaikh Abdullah asy-Syarqawi:
Wahai murid, jika ada dua perkara yg tidak jelas bagimu, seperti dua kewajiban atau dua hal yg sunnah, dan kau tidak mengetahui mana yg paling utama dilakukan, lihatlah mana di antara dua kewajiban itu yg paling berat bagi nafsu dan dirimu, lalu ikutilah ia dan laksanakan. Contohnya, mencari ilmu yg wajib atau mencari rezeki untuk keluarga, mencari ilmu yg melebihi kewajiban atau melakukan ibadah² sunnah. Lihat mana di antara dua perkara itu yg lebih berat bagi nafsumu karena tak ada yg berat bagi nafsu, kecuali sesuatu yg benar.
Nafsu selalu terdorong untuk berbuat kebodohan. Keinginannya selalu mencari keuntungan dan lari dari kewajiban. Jika seorang murid merasa ringan dalam sebuah amal dan merasa berat dalam amal lainnya, lalu ia mengerjakan yg lebih ringan, namun hatinya tidak tenang, itu termasuk ke dalam kemunafikan hati. Akan tetapi, jika hatinya tenang, ia boleh mengerjakan yg ringan bagi nafsunya dan yg disukainya. Namun, ketika itu, ia harus melihat, mana yg lebih besar faedahnya dan yg Iebih banyak memperbaiki ahwal -nya. Itulah yg harus diutamakannya dari yg lainnya.
Ada lagi patokan lain untuk memilah, mana perkara yg lebih utama dari yg lainnya jika keduanya tidak jelas bagimu, yaitu kau harus memperkirakan kapan datangnya maut kepadamu. Amal yg membuatmu bahagia saat kau kerjakan, berarti ia benar dan selainnya bathil karena menjelang ajal, seorang hamba biasanya tidak akan mengerjakan kecuali amal shaleh yg bebas dari sifat² riya’ dan dorongan hawa nafsu.
Apabila kau bingung antara harus menuntut ilmu atau mengikuti jalan ahli tarekat, lihatlah mana di antara keduanya yg kau sukai saat ruhmu keluar dari jasadmu, kemudian lakukan hal itu. Jika kau ingin saat ruhmu dicabut malaikat dan di tanganmu ada buku tulis karena kau ikhlas dalam menuntut ilmu dan hanya mengharap ridha Allah, tuntutlah ilmu. Akan tetapi, seandainya kau tidak menyukai hal itu dan hanya ingin sibuk berdzikir kepada Allah, jangan menuntut ilmu, tetapi sibukkan dirimu dengan berdzikir atau ibadah lainnya. Jika kau terpaksa melakukan hal yg tidak kau sukai, tentu kau tidak akan ikhlas di dalamnya. Wallaahu a’lam