Hikmah 203 dlm Al-Hikam:
“Malu Meminta Karena Merasa Cukup”
رُبَّمَا اسْتَحْيَا الْعَا رِ فُ أَ نْ يَرْ فَعَ حَا جَتَهُ إِلَى مَوْ لَا هُ اكْيِفَ ءً بِمَشِيْئَتِهِ , فَكَيْفَ لَا يَسْتَحْتِي أَ نْ يَرْ فَعَهَا إِلَى خَلِيْقَتِهِ؟
Terkadang seorang ‘Arif malu mengungkapkan kebutuhannya kepada Allah karena merasa cukup dengan kehendak-Nya, apalagi mengungkapkan kebutuhannya kepada makhluk.
Pada hikmah yg lalu telah banyak dibahas tentang lebih utama mana antara meminta/berdoa atau tidak, dan merasa puas dengan pembagian dan pilihan Allah Ta’ala, dan pada hikmah ini Syaikh Ibnu Atha’illah qs. menerangkan tentang sikap para ‘Arif yg malu meminta hajatnya kepada Allah Ta’ala, karena sudah merasa puas dengan kehendak Allah Ta’ala, apalagi meminta kepada makhluk.
Syaikh Sahl bin Abdullah ra. berkata: “Tiada suatu nafas atau hati melainkan diperhatikan oleh Allah pada tiap detik, baik siang maupun malam, maka apabila Allah melihat dalam hati itu ada hajat kepada sesuatu selain Allah, niscaya Allah mendatangkan iblis untuk hati itu.”
Syaikh Abu Ali ad-Daqqaq qs. berkata: “Suatu tanda dari makrifat itu, tidak meminta hajat/kebutuhan kecuali kepada Allah, baik besar maupun kecil. Contohnya Nabi Musa as. yg rindu ingin melihat Allah, lalu ia berkata: ‘Rabbi arini andhur ilaika.’ Dan ketika ia membutuhkan roti ia berdoa: ‘Rabbi innii lamaa anzalta ilayya min khairin faqiir.’ (Ya Tuhan, sungguh aku terhadap apa yg engkau berikan kepadaku dari makanan itu sangat membutuhkan).
Syarah Syaikh Abdullah asy-Syarqawi:
Seorang ‘arif dan muhaqqiq terkadang merasa malu untuk mengadukan kebutuhannya kepada Allah Ta’ala. Ia tidak akan meminta sesuatu pun dari-Nya karena ia merasa cukup dengan kehendak dan ketentuan-Nya, baik berupa pemberian, penolakan, manfaat, maupun bahaya.
Syaikh Abul Hasan asy-Syadzili qs. berkata, “Keluarkan semua makhluk dari hatimu dan kuatkan asamu terhadap Tuhanmu agar Dia memberimu selain apa yg telah ditentukan-Nya untukmu.”
Allah Ta’ala berfirman: “Sabarlah terhadap hukum Tuhanmu karena engkau selalu dibawah pengawasan Kami.”
Meminta kepada Allah Ta’ala saja seorang ‘arif malu, apalagi meminta dan mengungkapkan kebutuhannya kepada makhluk. Ia tidak akan meminta kepada makhluk dan tidak mengadukan kebutuhannya kepada mereka karena para makhluk miskin dan membutuhkan, sedangkan Tuhan mereka adalah Maha Kaya dan Maha Terpuji. Oleh sebab itu, seorang ‘arif akan menjauhkan tekadnya dari makhluk dan tidak pernah meminta kepada mereka apa pun yg ia butuhkan.
Maka dari itu, jangan kau kotori imanmu dengan ketamakanmu terhadap makhluk dan jangan bersandar, kecuali kepada Tuhan semesta alam. Ikutilah jalan Ibrahim dalam menjauhkan tekad dari para makhluk.
Ketika Nabi Ibrahim as. akan dilemparkan ke dalam kobaran api, Jibril as. bertanya kepadanya, “Apa kau butuh sesuatu?” Nabi Ibrahim as. menjawab, “Aku tidak butuh apa² darimu. Aku hanya butuh pertolongan Allah.” Jibril as. lantas berkata, “Kalau begitu, mintalah kepada Allah!” Nabi Ibrahim as. lalu berkata, “Cukuplah bagiku, Dia mengetahui keadaanku.”
Orang² yg membutuhkan terbagi ke dalam tiga golongan. Pertama, mereka yg tidak bersabar. Jika membutuhkan sesuatu, mereka akan meminta kepada manusia. Mereka juga menerima pemberian dari manusia tanpa menyadari bahwa yg sebenarnya memberi adalah Tuhan.
Kedua, mereka yg tidak meminta kepada manusia. Namun jika diberi, mereka menerimanya tanpa menyadari bahwa yg sebenarnya memberi adalah Tuhan.
Ketiga, mereka yg tidak meminta kepada manusia. Jika diberi, mereka tidak mau menerimanya.
Sementara itu, para peniti jalan Allah Ta’ala hanya meminta kepada Allah Ta’ala. Apabila Allah Ta’ala menetapkan sesuatu atas mereka, mereka akan menganggap baik ketetapan Allah Ta’ala itu. Wallaahu a’lam