Hikmah 191 dlm Al-Hikam:
“Hakikat Karamah”
رُبَّما رُزِقَ الكرَامة َمن لم تَكـْمُلْ لهُ الاِسْتِقَامةُ
Bisa jadi, karamah diberikan kepada orang yg belum benar beristiqamah.
Seorang murid sebaiknya tidak mengharapkan karamah, dan tidak tertipu dengan munculnya karamah pada dirinya. Karena keistimewaan yg diberikan pada murid yg belum sempurna istiqamahnya, bisa jadi hanya berupa ma’unah, atau bahkan istidraj. Karena hakikat karamah itu ialah Istiqamah. Dan kesempurnaan istiqamah itu ada pada dua perkara yaitu: sungguh²nya iman, dan benar² mengikuti apa yg di ajarkan Rasulullah Saw. secara lahir batin.
Syaikh Abul Hasan asy-Syadzili ra. berkata: “Tiap kekeramatan yg tidak disertai keridhaan terhadap Allah, berarti orang itu tertipu dan akan binasa.”
Syaikh Abul Abbas al-Mursyi ra. berkata: “Bukannya kebesaran (karamah) itu bagi orang yg bisa melipat dunia ini sehingga dalam satu detik bisa sampai ke Mekkah dan negara lain². Tetapi kebesaran itu ialah orang yg dilipatkan baginya sifat² hawa nafsunya, sehingga ia langsung di sisi Tuhannya.”
Syaikh Sahl bin Abdullah ra. berkata: “Sebesar-besar karamah yaitu berubahnya akhlaq yg jelek menjadi akhlaq yg baik. Dan ada yg mengatakan: kamu jangan heran dengan seseorang yg tidak menaruh apa² dalam sakunya, tetapi ketika ia ingin sesuatu dimasukkan tangannya dalam sakunya dan mendapat apa yg di inginkan. Tapi kamu boleh heran dengan seseorang yg menaruh apa² dalam sakunya, ketika ia ingin sesuatu dimasukkan tangannya dalam saku dan tidak mendapat apa², dan tidak berubah imannya kepada Allah.”
Syaikh Abu Yazid al-Busthami ra. berkata: “Andaikata ada orang berjalan diatas air, atau duduk di udara, maka jangan kau tertipu olehnya sehingga kau perhatikan ia, bagaimana terhadap perintah dan larangan Allah dan Rasulullah Saw. Sebab setan dapat bergerak dari timur ke barat dalam sekejap mata, dan dia tetap dilaknat (terkutuk).”
Syarah Syaikh Abdullah asy-Syarqawi:
Bisa jadi, karamah atau perkara luar biasa diberikan kepada orang² yg belum sempurna istiqamahnya. Oleh sebab itu, seorang murid tidak layak mempedulikannya dan mengharap kemunculannya. Mungkin, keistimewaan yg diberikan tersebut hanyalah pertolongan, bukan karamah sebenarnya. Karamah sebenarnya adalah kesempurnaan istiqamah. Sumbernya ada dua: kebenaran iman kepada Allah dan pelaksanaan terhadap apa yg dibawa Rasulullah Saw. secara lahir maupun batin.
Oleh karena itu, yg wajib bagi seorang murid adalah tidak mempedulikan dan mengharap, kecuali dua hal itu. Ia tidak boleh memiliki tekad lain, kecuali untuk meraihnya. Adapun karamah, yg berarti kemampuan luar biasa, tak pernah dibincangkan oleh para muhaqqiq. Wallaahu a’lam