Hikmah 185 dlm Al-Hikam:
إِ نَّمَا يُذَ كَّرُ مَنْ يَجُوْ زُ عَلَيْهِ الْإِغْفَا لُ، وَإِ نَّمَا يُنَبَّهُ مَنْ يُمْكِنُ مِنْهُ الْإِهْمَالُ.
Yg perlu di ingatkan adalah yg bisa lupa dan yg perlu ditegur adalah yg mungkin teledor.
Apakah mungkin Allah itu lupa? Kok harus di ingatkan dengan meminta. Dan apakah mungkin Allah itu teledor, sehingga tidak memperhatikan hamba-Nya? Itu tidak mungkin, dan itu muhal bagi Allah. Maka bagi para ‘Arif, meninggalkan meminta itu bagian dari adab tata krama kepada Allah.
Syaikh Abu Bakar Al-Wasithi ra. ketika diminta mendoakan muridnya, lalu ia berkata: ‘Aku khawatir jika aku berdoa, lalu ditanyakan kepadaku begini: ‘Jika engkau meminta kepada-Ku apa yg menjadi hakmu, berarti engkau curiga kepada-Ku, dan bila engkau meminta apa yg bukan menjadi hakmu, berarti engkau telah menyalahgunakan kewajibanmu untuk memuji kepada-Ku, dan bila kau ridha maka Aku akan menjalankan padamu apa yg sudah Aku tetapkan pada masa yg sudah lalu (zaman ‘Azal).’
Syaikh Abdullah bin Munazil berkata: ‘Sejak lima puluh tahun saya tidak pernah berdoa meminta kepada Allah, juga tidak ingin di doakan oleh orang lain. Sebab segala sesuatu berjalan menurut apa yg telah ditetapkan oleh Allah di zaman ‘azal, dan saya sudah merasa puas dengan itu.’
Syarah Syaikh Abdullah asy-Syarqawi:
Yg perlu di ingatkan dengan doa dan permintaan adalah yg bisa lupa dan tidak menyadari ada yg meminta. Yg perlu ditegur adalah yg mungkin teledor dan tidak teliti. Sifat lupa dan teledor ini amat mustahil bagi Allah. Oleh sebab itu, tidak meminta kepada Allah, menurut orang² ‘arif, adalah adab karena tanpa diminta dan di ingatkan pun Allah tidak akan lupa dan teledor. Wallaahu a’lam