Hikmah 178 dlm Al-Hikam:
“Doa Bukan Penyebab Allah Memberi”
لا يَكُنْ طَلَبُكَ تَسَـبُّـبًا اِلى العَطَاءِ مِنْهُ فَيَقِلَّ فَهْمُكَ عَنْهُ وَاليَكُنْ طَلَبُكَ لاِظْهارِ العُبُودِ يَّةِ وَقياماً بِحُقُوقِ الرُّبُوبيَّةِ
Jangan sampai doa permintaanmu itu engkau jadikan alat/sebab untuk mencapai pemberian Allah (jangan punya i’tikad bahwa pemberian Allah itu sebab doamu), niscaya akan kurang pengertianmu (makrifatmu) kepada Allah, tetapi hendaknya doa permintaanmu itu semata-mata untuk menunjukkan kerendahan, kehambaanmu dan menunaikan kewajiban terhadap keTuhanannya Allah.
Allah Ta’ala telah memerintahkan hamba-Nya untuk berdoa dan meminta kepada-Nya, tujuan utamanya hanya supaya hamba benar² menunjukkan sifat fakir, hina dan bodohnya dihadapan Allah, bukan untuk sebab/alat menghasilkan apa yg diminta.
Hikmah dan pemahaman ini bagi orang yg sudah ‘arif billah, yg mereka tidak pernah berhenti dan bosan meminta kepada Allah, walaupun tidak diberikan apa yg diminta, bagi mereka antara diberi atau tidak itu sama saja, sehingga mereka selalu menjadi hamba Allah dalam segala keadaan.
Syaikh Abul Hasan asy-Syadzili ra. berkata: “Janganlah yg menjadi tujuan dari doamu itu tercapainya hajat kebutuhanmu, maka jika demikian berarti engkau terhijab dari Allah, tetapi seharusnya tujuan doa itu untuk munajat kepada Allah, yg memeliharamu, menciptakan dirimu. Dan bala’ dan bencana yg memaksa engkau berdoa kepada Allah, itu lebih baik daripada menerima nikmat kesenangan yang melupakan kepada Allah dan menjauhkan daripada-Nya.”
Syarah Syaikh Abdullah asy-Syarqawi:
Jangan kau tujukan permintaan dan amal shalehmu kepada-Nya untuk mendapatkan karunia-Nya. Jangan pula kau yakini bahwa semua permintaan dan amal shalehmu itu adalah sebab datangnya karunia sehingga pemahamanmu tentang Allah dan hikmah-Nya dalam memerintahkan hamba-Nya untuk berdoa menjadi berkurang.
Akan tetapi, jadikanlah permintaanmu sebagai bentuk penghambaanmu kepada-Nya atau untuk menampakkan status kehambaanmu yg hina, lemah, dan amat membutuhkan pertolongan Tuhan. Permintaan juga bisa merupakan pelaksanaan hak² rububiyah-Nya karena rububiyah menuntut kerendahan diri dan ketundukan orang yg menyembah-Nya.
Maksudnya, Allah Ta’ala tidak memerintahkan hamba-Nya meminta dan berdoa, kecuali untuk menampakkan rasa butuh mereka kepada-Nya dan menyatakan kehinaan dan kelemahan mereka di hadapan-Nya, bukan untuk menjadikan doa itu sebagai sebab mendapatkan permintaan dan keinginan mereka. Inilah pemahaman para ‘arifin tentang Allah.
Siapa yg keadaannya seperti itu, permintaannya tak akan pernah terputus dan keinginannya tak akan pernah terhenti walaupun Allah selalu mewujudkan semua permintaannya dan mengaruniakan semua keinginannya. Orang seperti ini tidak pernah membeda-bedakan antara ketika Allah memberi dan ketika Allah menahan pemberian-Nya. Dengan begitu, dalam semua keadaan tersebut, ia tetap menjadi hamba Allah dan Allah pun tetap sebagai Tuhannya.
Amat buruk jika seorang hamba memalingkan wajahnya dari pintu Tuhannya setelah Dia memenuhi segala keinginannya. Wallaahu a’lam