Hikmah 174 dlm Al-Hikam:
“Penghambaan Yang Sebenarnya”
غيّبْ نَظَرَالخلقِ اِليْكَ بِنَظَرِاللهِ اِليْكَ، وَغِبْ عَنْ اِقْبالهِمْ عَلَيْكَ بِشُهودِ اِقْبالِهِ عَلَيْكَ
Hilangkan pandangan makhluk padamu dengan pandangan Allah. Lupakan sambutan mereka dengan menyaksikan sambutan-Nya padamu.
Sebagai murid jangan terpengaruh dengan penglihatan, perhatian dan pujian orang lain, karena Allah selalu melihat dan memperhatikanmu. Sebagai gambaran: sebagai seorang murid ketika kita dilihat dan di awasi oleh Guru kita, tentu kita lupa dan tidak memperhatikan kalau kita sedang dilihat dan di awasi oleh orang lain. Begitu juga ketika Guru kita berada dihadapan kita, tentu kita tidak akan memperdulikan orang lain yg menghadap kita. Apalagi yg melihat, mengawasi dan menghadapi kita itu Allah, tentunya semua makhluk tidak ada artinya.
Syaikh Sahl bin Abdullah at-Tustary qs. berkata kepada kawan²nya: “Seseorang tidak akan dapat mencapai hakikat kewalian sehingga menghilangkan pandangan orang dari fikirannya, sehingga tidak melihat apa² di dunia ini, yg ada hanya ia dan Tuhan yg menciptakannya, sebab tidak ada seorang pun (makhluk) yg dapat menguntungkan atau merugikannya, dan menghilangkan perasaan diri dan hawa nafsunya sehingga tidak menghiraukan orang lain, dan tidak segan atau takut kepada mereka, apa saja yg akan terjadi.”
Syaikh Harits al-Muhasiby qs. ketika ditanya tentang tanda orang yg ikhlas, yaitu: “Yg tidak menghiraukan dinilai apa saja oleh sesama manusia, asalkan ia sudah benar hubungannya dengan Allah dan tidak ada orang yg mengetahui walau sekecil debu dari amal kebaikannya, dan tidak takut jika ada orang yg mengetahui perbuatannya yg tidak baik. Sebab jika ia takut diketahui kejelekannya, berarti ia ingin dipuji atau besar dalam pandangan orang, dan itu tidak termasuk kelakuan atau akhlak orang yg benar² ikhlas.”
Syarah Syaikh Abdullah asy-Syarqawi:
Singkirkan pandangan makhluk kepadamu. Jangan menoleh kepada pandangan mereka terhadapmu. Jangan mencarinya. Jangan pula pernah terpikir olehmu untuk mendapatkannya. Jauhkan pandangan mereka itu dari dirimu. Jauhkan ia dengan pandangan Allah terhadapmu! Hendaknya yg kau harap dan kau cari hanyalah pandangan Allah terhadapmu.
Lupakan sambutan mereka kepadamu dengan menyaksikan sambutan Allah kepadamu. Jangan pernah menoleh kepada kehangatan sambutan mereka, apalagi mencarinya. Namun, jadikan tolehan dan pencarianmu hanya kepada sambutan Allah karena sambutan makhluk kepada seorang murid sebelum ia mencapai kesempurnaan justru akan mendorongnya untuk berpura-pura dan sok alim di hadapan mereka. Tentu itu akan membuat derajatnya turun dan jatuh di mata Allah Ta’ala, na’udzu billaah.
Tak ada yg ridha dengan sambutan makhluk kepada dirinya, kecuali orang yg berakal sempit dan bertekad rendah. Hal itu dikarenakan, keridhaan manusia merupakan sesuatu yg tak bisa diketahui dengan pasti. Manusia terbodoh adalah orang yg mencari sesuatu yg tidak diketahuinya. Adapun orang yg berakal cerdas dan luas, ia tidak akan cenderung, kecuali kepada sambutan Allah terhadapnya, tanpa peduli dengan celaan atau hinaan orang² kepadanya.
Seorang bijak berkata, “Orang yg tulus adalah orang yg tidak peduli jika seluruh kehormatannya sirna dari hati makhluk demi memperbaiki hatinya. Ia tidak suka jika manusia mengetahui sebiji sawi keshalehan amalnya dan tidak benci jika mereka mengetahui keburukan amalnya. Jika ia benci keburukannya diketahui, itu pertanda bahwa ia berharap lebih dari manusia. Ini bukanlah keikhlasan para shadiqin.” Wallaahu a’lam