Hikmah 171 dlm Al-Hikam:
“Peran Samar Nafsu dalam Ketaatan”
حظ النفس فى المعصية ظاهرٌجليٌّ، وحظها فى الطاعة باطن خفيٌّ ومدواة ما يخفى صعبٌ علاجهُ
Andil nafsu dalam perbuatan maksiat tampak jelas, sedangkan andilnya dalam perbuatan taat samar tersembunyi. Mengobati yg tersembunyi itu amatlah sulit.
Ketahuilah bahwa hawa nafsu itu selalu ambil bagian/peran baik dalam maksiat atau dalam taat (ibadah). Kepentingan nafsu dalam maksiat itu jelas, seperti zina, minum-minuman keras, dia jelas merasakan enaknya dan kepuasannya. Karena nafsu mengajak maksiat itu tujuannya hanya ingin merasakan kenikmatan dan kepuasan, dan akhirnya terjadi bencana dan kehinaan.
Sedangkan bagian nafsu dalam taat/ibadah, sangatlah halus dan samar untuk diketahui dan disadari. Karena dalam taat/ibadah itu nafsu akan merasa berat, karena semua ibadah itu selalu bertentangan dengan hawa nafsu. Jadi apabila nafsu memerintahkan untuk ibadah maka waspadalah! Dan telitilah apakah ada kepentingan nafsu di dalam ibadah tersebut, taat dan ibadah seharusnya bertujuan mendekatkan diri kepada Allah, tapi nafsu mempunyai kepentingan lain seperti riya’ (supaya dilihat/diketahui orang) bahwa dia orang yg ahli ibadah, yg selanjutnya orang lain memujinya, dan terkenal di kalangan manusia. Dan masih banyak contoh yg lain apabila kita mau meneliti pergerakan nafsu kita.
Syaikh Abdullah asy-Syarqawi mensyarah:
Andil nafsu dalam maksiat, seperti zina, amat jelas, yaitu bagaimana ia menikmati kemaksiatan tersebut. Nafsu tidak pernah memintamu untuk melakukan maksiat, kecuali untuk menikmatinya sehingga kau akan mengalami bencana dan hukuman. Sementara itu, andilnya dalam ketaatan itu samar dan tersembunyi, tak bisa dilihat, kecuali oleh para pemilik mata batin. Hal itu dikarenakan, ketaatan merupakan perkara yg amat berat bagi nafsu.
Jika nafsu menyuruhmu melakukan ketaatan, kau tidak akan pernah mengetahui perannya di dalamnya, kecuali setelah diteliti dan di amati. Secara kasat mata, nafsu seakan-akan terlihat berperan menggiringmu untuk dekat dengan Allah. Namun di balik itu sebenarnya nafsu ingin membuatmu berharap pada penghargaan manusia dan membanggakan keshalehanmu di hadapan orang banyak.
Maka dari itu, barang siapa yg menilai diri sendiri, mengevaluasi, dan memperhatikan suara hatinya, akan tampak baginya kebenaran tentang hal ini.
Mengobati sesuatu yg tersembunyi atau menghilangkan peran²nya yg tersembunyi amatlah susah karena membutuhkan ketelitian, pemahaman, dan pengetahuan.
Para pemilik mata batin mencela diri mereka sendiri jika cenderung kepada salah satu ibadah. Kemudian, mereka meneliti sebab mengapa mereka cenderung kepada ibadah itu. Jika itu dikarenakan peran nafsunya, mereka akan meninggalkannya atau mengobati nafsu mereka saat melakukannya agar ia benar² tulus dan ikhlas karena Allah.
Ini terjadi pada seseorang yg nafsunya ingin pergi berperang di jalan Allah. Namun kemudian, setelah ditelitinya, ternyata nafsu itu berperang untuk tujuan mendapat istirahat dari letihnya perjuangan. Setiap hari, orang itu berkali-kali membunuh nafsunya dengan cara menahan hasratnya. Hingga akhirnya, nafsu menginginkan tuannya itu mati langsung. Dengan demikian, ia akan beristirahat selamanya. Kemungkinan lain setelah diteliti, ternyata nafsu itu berperang hanya agar didengar orang² bahwa ia mati syahid sehingga menjadi mulia di mata mereka. Ia juga ingin disebut-sebut sebagai orang yg rela mati. Oleh karena itu, ia memilih meninggalkan perang demi mendapatkan keinginannya itu.
Terkadang seseorang memiliki semangat dan merasa nikmat pada satu macam ibadah yg tidak didapatnya pada jenis ibadah lain. Hal itu tak lain karena keuntungan nafsu di dalam ibadah itu lebih besar daripada dalam ibadah lainnya. Jika orang itu termasuk pemilik mata batin, ia akan beralih dari kecenderungan nafsunya kepada hal lain. Jika nafsu mengalahkannya, dalam kesibukannya beribadah itu, nafsu tidak memiliki andil apa², kecuali untuk keuntungannya sendiri. Wallaahu a’lam