Hikmah 168 dlm Al-Hikam:
“Allah Tidak Membuat Tanda Kewalian”
سبحان من لم يجعل الدليلَ علىٰ اولياعه الامن حيث الدليلُ عليه، ولم يوصل اليهم الا من اراد ان يوصله اليه
Maha Suci Allah yg tidak membuat penanda atas para wali-Nya, kecuali dengan penanda atas Diri-Nya. Dia juga tidak mempertemukan dengan mereka, kecuali orang yg Dia kehendaki untuk sampai (wushul) kepada-Nya.
Sebagaimana telah diterangkan pada hikmah sebelumnya, yaitu Allah menutupi Nur cahaya kewalian, begitu juga Allah menutupi para wali-Nya, dengan amal² lahir, seperti bekerja, makan, minum, sakit dan lain². Jadi sangatlah sulit untuk mengenali waliyullah itu, karena mereka juga seperti kita keadaan lahirnya.
Syaikh Abul Abbas al-Mursi berkata: “Untuk mengenal Waliyullah itu lebih sulit dari pada mengenal Allah, sebab Allah mudah dikenal dengan adanya bukti² kebesaran, kekuasaan dan keindahan ciptaan-Nya. Tetapi untuk mengetahui seorang yg sama dengan kamu, makan, minum menderita segala penderitaanmu sungguh sangat sukar. Tetapi jika Allah memperkenalkan kamu dengan seorang wali, maka Allah menutupi sifat² manusia biasanya dan memperlihatkan kepadamu keistimewaan² yg diberikan Allah kepada wali itu.”
Dalam hadits qudsi, Allah Ta’ala berfirman:
“Para wali-Ku dibawah naungan-Ku, tiada yg mengenal mereka dan mendekat pada seorang wali, kecuali jika Allah memberikan taufiq hidayah-Nya. Supaya ia juga langsung mengenal kepada Allah dan kebesaran-Nya yg diberikan Allah kepada seorang hamba yg dikehendaki-Nya.”
Syaikh Abu Ali al-Jurja’i berkata:
“Seorang wali itu orang yg fana’ lupa pada dirinya dan tetap baqa’ dalam musyahadah dan melihat Tuhan. Allah mengatur segala-galanya, maka karena itu terus-menerus datang kepadanya Nur Ilahi.”
Maka jika Allah menghendaki memperkenalkan kamu dengan wali-Nya, itu suatu anugerah yg sangat besar yg wajib kamu syukuri, karena dengan itu berarti Allah menghendaki kamu agar bisa wushul kepada Allah. Karena wali itu kekasih Allah, Allah tidak menghendaki selain kekasih-Nya berkumpul dengan Kekasih-Nya. (Laa ya’riful waliy illal-waliy).
Syaikh Abdullah asy-Syarqawi mensyarah:
Maha Suci Allah yg sengaja menjadikan penanda diri-Nya sebagai penanda para wali-Nya. Sulit bagi kita untuk mengenali seorang wali, sebagaimana sulit mengenali Allah.
Karena Allah terhijab dengan alam semesta, jalan untuk sampai kepada-Nya dan mengenali-Nya merupakan perkara yg amat sulit. Jika hijab tersebut tersingkap di hadapan seseorang, tentu itu adalah karunia besar dan anugerah agung yg harus disyukurinya.
Demikian pula seorang wali, ia terhalang oleh tebalnya ciptaan² lahir, makanan dan minuman yg ia konsumsi, dan perbuatan manusiawi lainnya sehingga untuk mengenalinya pun perkara yg sulit. Jika seseorang bisa mengenali seorang wali, berarti ia telah mendapatkan anugerah dan karunia besar yg harus ia syukuri.
Kesimpulannya, mendapat makrifat dan mengenali Allah secara khusus adalah bentuk perhatian dan kasih sayang Allah Ta’ala kepada seorang hamba, bukan karena permohonan atau karena sebab tertentu. Demikian pula mengenali seorang wali. Bahkan, mengenali seorang wali itu lebih sulit daripada mengenali Allah karena Allah Ta’ala sudah dikenal dengan kesempurnaan dan keindahan-Nya. Sementara itu seorang wali sama dengan kita. Ia biasa makan dan minum serta melakukan aktivitas manusia biasa seperti kita.
Jika Allah ingin memperkenalkanmu dengan seorang wali-Nya agar kau mendapatkan manfaat darinya, Dia akan menutupi wujud kemanusiaannya dan memperlihatkan padamu wujud keistimewaannya. Tak ada yg dapat mengenali para wali atau berkumpul bersama mereka, kecuali yg dikehendaki Allah untuk sampai kepada-Nya karena mereka adalah para kekasih Allah. Allah akan cemburu jika mereka dikerumuni manusia. Barang siapa yg akan dikenalkan Allah kepadanya maka Allah akan menghimpunnya dengan mereka dalam sebuah persahabatan khusus.
Para Wali ini ada dua kelompok. Kelompok pertama, yg terlihat di mata orang awam dan orang khusus. Kelompok kedua, yg hanya terlihat di mata orang khusus. Di samping itu, ada juga hamba² Allah yg tak seorang pun makhluk-Nya mampu melihat mereka, bahkan para malaikat yg bertugas mencabut nyawa sekalipun. Yg mencabut nyawa mereka adalah Allah langsung, dan badan mereka tak sedikit pun tersentuh debu. (Ulasan Syaikh Abdullah Asy-Syarqawi). Wallaahu a’lam