Hikmah 167 dlm Al-Hikam:
ستر انوار السراءـربكثاءـف الظواهر،إجلالالها ان تبتذل بوجودالاظهار وان ينادٰى عليها بلسان الاِشتهارِ
Dia menutup cahaya batin dengan tebalnya perbuatan lahir untuk memuliakannya, sehingga tidak menjadi murah lantaran mudah terlihat orang dan tidak diseru dengan lisan yg menyebutkan ketenarannya.
Nur cahaya kewalian itu sangatlah agung dan mulia, maka Allah Ta’ala mengagungkannya dari kehinaan sebab diperlihatkan, dan dijaga oleh Allah Ta’ala dari keterkenalan di kalangan makhluk.
Hikmah ini juga sudah diterangkan pada hikmah terdahulu, dan juga Allah Ta’ala menutupi nur kewalian karena rahmat/kasih sayang dari Allah Ta’ala terhadap orang² mukmin, sebab sekiranya nur kewalian terbuka pada seseorang, orang tersebut berkewajiban mencukupi hak²nya wali, yg mungkin tidak dapat melaksanakannya. Dan dengan demikian berarti telah berbuat dosa durhaka.
Syaikh Abdullah asy-Syarqawi mensyarah:
Allah Ta’ala menutup cahaya hati para wali-Nya dengan perbuatan lahir mereka dan profesi yg mereka geluti dalam kehidupan sehari-hari karena perbuatan lahir para wali itu dapat menghalangi orang lain untuk melihat cahaya hati mereka. Allah Ta’ala melakukan itu demi memuliakan cahaya batin mereka sehingga tidak murah dan tidak tergoda oleh popularitas karena ia memiliki kedudukan tinggi dan rawan godaan.
Allah Ta’ala memuliakannya agar ia tidak di obral karena mudah dilihat. Allah Ta’ala menjaganya dari ketenaran di antara makhluk agar tidak menyebabkannya terhina di tengah mereka. Hal ini sudah dijelaskan Syaikh Ibnu Atha’illah dalam hikmahnya, “Maha Suci Allah yg telah menutup rahasia keistimewaan dengan ditampakkannya sifat² kemanusiaan.”
Allah Ta’ala menutup cahaya dan rahasia keistimewaan itu tak lain sebagai bentuk rahmat dan kasih sayang-Nya kepada kaum mukmin. Hal itu disebabkan, jika rahasia kewalian itu ditampakkan pada seseorang, niscaya orang itu akan dituntut untuk melaksanakan kewajiban² yg tak mampu dilakukannya. Jika ia kurang dalam melaksanakan kewajiban² itu, ia akan terjebak pada sesuatu yg dilarang. Wallaahu a’lam