Hikmah 154 dlm Al-Hikam:
“Sikap Kita Ketika Dipuji Orang”
الناس يمدحونك لمايظنونه فيك فكن انت ذامّالنفسك لماتعلمه منها
Orang² memujimu atas apa yg mereka sangka ada pada dirimu. Karena itu, celalah dirimu atas apa yg kau ketahui ada pada dirimu.
Jangan sampai terpengaruh/tertipu dengan pujian orang² yg tidak mengetahui hakikatnya dirimu, tetapi kamu harus kembali melihat dirimu dengan mencela dirimu sebab perbuatanmu yg terbalik/tidak sama dengan prasangka orang lain pada dirimu.
Dan siapa yang merasa senang dengan pujian orang lain terhadap dirinya, berarti dia telah memberi kesempatan pada setan untuk masuk dan merusak imannya.
Syaikh Abdullah asy-Syarqawi mensyarah:
Manusia memujimu atas sifat² terpuji yg ada padamu. Oleh karena itu, jangan kau tertipu dan terpesona oleh pujian mereka kepadamu, tetapi celalah dirimu sendiri. Celalah dirimu karena apa yg tidak sesuai dengan sangkaan manusia kepadamu.
Oleh sebab itu, Sayyidina Ali kw. sering berdoa, “Ya Allah, jadikan kami lebih baik daripada apa yg mereka kira dan jangan tuntut kami dengan apa yg mereka katakan tentang kami. Ampuni dosa kami atas apa yg tidak mereka ketahui.”
Ucapan Syaikh Ibnu Atha’illah: “Celalah dirimu!” bukan berarti bahwa kau disuruh untuk mendustakan perkataan manusia atau mencoba mengubah sangkaan mereka terhadapmu. Akan tetapi, maksudnya, kau tidak boleh tertipu atau terpesona dan tidak mengutamakan pengetahuanmu atas sangkaan mereka.
Jika seorang pemuji berbohong, misalnya dengan terlalu berlebihan dalam memuji, dan kebohongannya telah diketahui, laksanakanlah sabda Rasulullah Saw., “Lemparkan debu di wajah para pemuji.”
Pujian seperti itu dilarang.
Demikian pula jika pujian dapat mendorong orang yg dipuji tertipu dan membuatnya melakukan kesalahan terhadap dirinya sendiri maka laksanakan perintah Rasulullah Saw., “Jauhilah pujian karena ia sama dengan tindakan menyembelih seseorang.”
Wallaahu a’lam.