Hikmah 148 dlm Al-Hikam:
“Nur Yaqin Akan Mendekatkan Akhirat dan Memperlihatkan Kefanaan Dunia”
لواشرق لك نوراليقين لرايت الاخرةاقرب اليك من ان ترحل اليها ولرايت محاسن الدنيا قدظهرت كسفةالفناء عليها
Andaikan cahaya keyakinan menerangi dirimu, tentu kau akan melihat akhirat lebih dekat denganmu daripada kau berjalan menujunya, dan tentu kau akan menyaksikan keindahan dunia telah diliputi selubung kebinasaan.
Sebab dengan Nurul-yaqin, semua hakikat perkara itu kelihatan yg semestinya dan apa adanya. Apabila hamba sudah bercahaya hatinya dengan Nurul-yaqin dia bisa mengetahui yg benar dan yg salah sedangkan akhirat itu perkara yg haqq/benar, tetap wujudnya, sedangkan dunia itu akan rusak.
Anas ra. berkata: Ketika Rasulullah Saw. sedang berjalan dan berjumpa dengan seorang pemuda dari sahabat Anshor, Rasulullah Saw. bertanya, “Bagaimanakah keadaanmu hai Haritsah pada pagi ini?”
Jawabnya, “Saya kini menjadi seorang mukmin yg sungguh².
Rasulullah Saw. bersabda, “Hai Haritsah, perhatikan perkataanmu, sebab tiap kata itu harus ada bukti hakikinya.”
Maka Haritsah ra. berkata, “Ya Rasulullah, jiwaku jemu dari dunia, sehingga aku bangun malam dan puasa siang hari, kini seolah-olah aku berhadapan dengan ‘Arsy, dan seolah-olah aku melihat neraka yg penghuninya sedang menjerit-jerit di dalamnya.”
Rasulullah Saw. bersabda, “Engkau telah melihat, maka tetapkanlah (jangan berubah). Seorang hamba, yg telah diberi Nur iman dalam hatinya.”
Haritsah ra. berkata, “Ya Rasulullah, doakan aku mati syahid.”
Maka Rasulullah Saw. berdoa untuknya. Dan ketika pada suatu hari ada panggilan untuk berjihad, maka dialah orang pertama yg menyambutnya, dan akhirnya dia yg pertama mati syahid.
Dan ketika ibunya mendengar berita bahwa anaknya telah mati syahid, ia datang bertanya kepada Rasulullah Saw., “Ya Rasulullah, beritahukan kepadaku tentang Haritsah putraku, jika ia di surga aku tidak akan menangis atau menyesal, tapi jika lain dari itu, maka aku akan menangis selama hidup di dunia!”
Jawab Rasulullah Saw., “Haritsah, bukan hanya satu surga tetapi surga di dalam surga². Dan Haritsah telah mencapai Firdaus yg tertinggi.”
Maka kembalilah ibu Haritsah sambil tertawa dan berkata, “Untung.. untung bagimu hai Haritsah.”
Anas ra. juga berkata: Pada suatu hari Mu’adz bin Jabal ra. masuk ke tempat Rasulullah Saw. sambil menangis, maka ditanya oleh Rasulullah Saw., “Bagaimanakah keadaanmu pagi ini hai Mu’adz?”
Jawab Mu’adz ra., “Aku pagi ini mukmin benar² kepada Allah.”
Rasulullah Saw. bersabda, “Tiap kata² yg benar harus ada bukti hakikatnya. Maka apakah bukti pernyataanmu itu?”
Jawab Mu’adz ra., “Ya Nabiyallah, kini jika aku berada di waktu pagi merasa mungkin tidak sampai sore, dan jika sore, aku merasa tidak akan sampai pagi. Dan tiap melangkahkan kaki merasa mungkin tidak dapat melangkah yg lain, dan terlihat kepadaku seolah-olah manusia semua telah dipanggil untuk menerima suratan amal bersama dengan Nabi² dan berhala²nya yg disembah selain Allah, dan juga seolah-olah aku melihat siksa ahli neraka dan pahala ahli surga.”
Maka Rasulullah Saw. bersabda, “Engkau telah mengetahui, maka tetapkanlah.”
Rasulullah Saw. ketika memberi tahu kepada para sahabat hal gugurnya Zaid bin Haritsah ra. dan Ja’far bin Abi Thalib ra., dan Abdullah bin Rowahah ra. bersabda, “Demi Allah, mereka tidak akan senang, andaikan mereka masih berada di antara kami.”
Rasulullah Saw. memberitakan demikian dengan air mata yg berlinang-linang.
Syaikh Abdullah asy-Syarqawi mensyarah:
Sekiranya hatimu diterangi cahaya keyakinan atau ilmu pengetahuan tentang Allah dan janji-Nya yg disampaikan melalui lisan Nabi-Nya, niscaya kau akan melihat akhirat lebih dekat denganmu saat kau berjalan menuju-Nya. Kau juga akan melihat keindahan dunia telah diliputi oleh selubung kebinasaan. Karena dengan cahaya keyakinan dan ilmu itu, hakikat segala sesuatu akan terlihat sesuai kondisi aslinya.
Jika cahaya itu menyinari hati, seorang hamba akan melihat yg benar tetap benar dan yg bathil tetap bathil; akhirat adalah benar, sedangkan dunia adalah bathil. Dia akan melihat akhirat yg tadinya ghaib seakan hadir di hadapannya, seakan akhirat itu tidak sirna dari hadapannya dan amat dekat kepadanya untuk ia tuju.
Dengan begitu, ia akan lebih siap lagi untuk menyongsongnya. la melihat dunia yg hadir di matanya telah redup cahayanya, segera musnah dan sirna dari pandangannya. Di matanya, tampaklah kebathilan dunia itu sehingga seakan ia tidak ada. Dengan pandangan penuh keyakinan ini, ia terdorong untuk ber-zuhud meninggalkan dunia dan perhiasannya, serta lebih mengutamakan akhirat dan bersiap menyongsongnya.
Keadaan ini menandakan kelapangan dada seorang hamba dengan cahaya tersebut. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw., “Sesungguhnya cahaya jika masuk ke dalam hati, dada akan lapang dan terbuka karenanya.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah hal itu ada tanda²nya?” Beliau menjawab, “Ya, tandanya ialah sikap menjauhi tempat tipu daya, berlindung ke negeri keabadian, dan bersiap menghadapi kematian sebelum datang.”
Saat cahaya masuk ke dalam kalbu seorang hamba, syahwatnya akan mati dan dorongan jiwanya akan sirna sehingga ia hanya terdorong untuk melakukan kebaikan dan tidak pernah tertarik untuk melanggar. Hamba yg mendapatkan cahaya tidak memiliki tekad, kecuali untuk segera melakukan kebaikan dan menggunakan waktu dan kesempatan karena saat itu ia merasa ajal sudah dekat, sedangkan kebaikan banyak terlewatkan. Wallaahu a’lam