Hikmah 147 dlm Al-Hikam:
“Sahabat Sejati”
ماصحبك الامن صاحبك وهوبعيبك عليم وليس ذٰلك الامولك الكريم خيرمن تصحب من يطلبك لالشيءيعودمنك اليه
Sahabat sejatimu adalah yg bersahabat denganmu dalam kondisi ia mengetahui aibmu. Tidak lain Ia adalah Tuhanmu Yang Maha Pemurah. Sebaik-baik sahabatmu adalah yg tidak mengharap keuntungan darimu.
“Dan sebaik-baik sahabatmu ialah yg selalu memperhatikan/membantu kepentinganmu, bukan karena sesuatu kepentingan yg diharap daripadamu untuk dirinya.”
Sudah menjadi watak manusia akan menjauhi/membenci orang lain ketika jelas² mengetahui kebusukan dan kejelekan orang tersebut, dan tidak mau bersahabat dengannya, kecuali hanya Allah Ta’ala. Dan juga orang² yg bersandar pada sifat² Ketuhanan, yaitu orang² yg sudah makrifatullah, yg masih mau menolong dan membantu. Sedangkan orang tua itu masih juga ada kepentingan dan pengharapan atas dirimu, sedang di dunia ini tidak ada orang yg kasih sayangnya sebagaimana ayah ibumu.
Syaikh Abdullah asy-Syarqawi mensyarah:
Tiada yg menjadi sahabatmu dengan sebenar-benarnya, kecuali Dzat yg memberimu kebaikan-Nya. Dia mengetahui aib dan celamu, namun Dia tidak pernah terhalang untuk mendekatimu dan menjadi sahabatmu, padahal ia mengetahui rincian kekurangan dan aibmu itu. Teman seperti itu ialah Tuhanmu Yang Maha Mulia. Seperti itu pulalah persahabatan kaum sufi dan orang² ‘Arif yg memiliki akhlak seperti sifat² Tuhannya.
Adapun orang² yg menemanimu dengan kebodohannya, ia bukanlah sahabatmu sejati karena ia tak kuasa melihat kekurangan dan aibmu. Ia takkan mampu bersabar menanggungnya. Meskipun bersabar, pasti ada tendensi dan tujuan yg di inginkannya.
Sebaik-sebaik sahabatmu adalah orang yg tidak menuntut apa2 darimu. Itu hanyalah Tuhanmu atau orang yg berakhlak seperti akhlak-Nya. Adapun orang yg bersahabat denganmu karena kebaikanmu dan manfaat yg kau berikan kepadanya, ia bukanlah sahabat sejati karena tujuannya hanyalah menunaikan kebutuhannya darimu. Jika tujuan itu telah terlaksana, ia akan meninggalkanmu.