Hikmah 146 dlm Al-Hikam:
من اكرمك فانمااكرم فيك جميل ستره فالحمد لمن سترك ليس الحمد لمن اكرمك وشكرك
Orang yg menghormatimu sebenarnya menghormati indahnya tutup Allah yg diberikan kepadamu. Oleh karena itu, pujian hanya layak diberikan kepada Dzat Yang Menutupi (aibmu); bukan kepada orang yg menaruh hormat dan berterima kasih kepadamu.
Sudah menjadi sifat manusia bahwa tiap orang pasti mempunyai cela/aib dan kebusukan yg andaikan diketahui oleh orang lain, pasti orang lain akan membenci dan tidak suka padanya. Kenyataannya ada orang yg memuji, menghormatinya, adapun yg menyebabkan adanya orang yg memuji dan menghormati padanya, bukan semata-mata karena kebaikannya, tetapai karena Allah menutupi kebusukan dan cacatnya, maka pujian itu seharusnya kembali pada Allah yg menutupi kebusukan dan aibnya. Karena itu ia wajib bersyukur dan memuji kepada Allah yg menutupi aibnya, tidak pada manusia yg memujinya karena tidak tahu kejelekannya.
Syaikh Abdullah asy-Syarqawi mensyarah:
Orang yg mendekati dan mencintaimu atau berterima kasih kepadamu tak lain dikarenakan keindahan tirai Allah yg diberikan kepadamu. Tanpa tirai itu, mereka tidak akan datang kepadamu, tidak mencintaimu, dan tidak pula melihat kepadamu dengan keramahan. Hal itu dikarenakan jika mereka mengetahui apa yg ada padamu, niscaya mereka akan merendahkanmu dan menganggap dirimu buruk, bahkan mereka akan menghindar darimu.
Saat itulah segala puji hanya layak diberikan kepada Dzat Yang Menutupi aibmu, bukan kepada orang yg menghormati dan berterima kasih kepadamu. Jangan kau berterima kasih kepada orang itu, kecuali atas kebaikan yg diberikannya, bukan karena ia orang yg menghormatimu dengan sebenar-benarnya karena tak ada yg memuliakanmu dengan sebenarnya, kecuali Allah Ta’ala semata.
Orang yg didatangi, dicintai, dan dimuliakan oleh manusia kadang melakukan kesalahan sehingga pujian dan sanjungan kepadanya tidak tepat. Manusia yg memujinya sama saja dengan zalim. Ia juga kadang salah dengan melihat pada dirinya sifat² terpuji yg layak mendapat kemuliaan. Maka dari itu, mereka yg memujinya termasuk orang² yg bodoh. Mereka bodoh karena hanya melihat kepada amalnya dan lupa kepada karunia Allah atasnya. Oleh karena itu, Syaikh Ibnu Atha’illah mengingatkan dari dua kesalahan ini. Wallaahu a’lam