Hikmah 138 dlm Al-Hikam:
منعك ان تدّعي ماليس لك مما للمخلوقين افيبيح لك ان تدعي وصفه وهو ربّ العلمين
Allah melarangmu mengakui hak orang lain yg bukan milikmu. Lalu, mungkinkah Dia membolehkanmu mengakui memiliki sifat-Nya, padahal Dia Tuhan Pemelihara alam semesta?
Pangakuanmu terhadap apa yg bukan menjadi sifat²mu itu bagian dari kedhaliman yg besar. Dan bagian dari paling jeleknya perkara yg jelek menurut para ‘arifin yaitu: Menyekutukan Allah di dalam hatinya hamba, dengan mengakui sebagian dari sifat² ke-Tuhanan Allah, dengan i’tiqad dan ucapan. Itu berarti merebut kedudukan Allah dan sombong kepada Allah.
Rasulullah Saw. telah bersabda, “Tiada seorang yg lebih cemburu dari Allah, karena itu Allah mengharamkan segala perbuatan keji, dan karena itu pula Allah takkan mengampuni orang yg menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Karena itu pula sifat² kesempurnaan Allah, tidak boleh dikurangi walaupun sedikit.”
Syaikh Abdullah asy-Syarqawi mensyarah:
Allah mengharamkanmu untuk mengaku-aku sesuatu yg bukan milikmu, misalnya mengaku-aku kepemilikan harta yg diberikan-Nya kepada makhluk-Nya yg lain. Tindakan ini disebut Allah sebagai ‘udwan (tindakan melampaui batas) dan kezaliman. Jika tindakan ini dilarang-Nya, apakah Dia membolehkanmu mengaku-aku sifat² yg dimiliki-Nya?
Apabila tindakan mengaku-aku hak milik orang lain saja diharamkan, tentu saja tindakan mengaku-aku sifat Allah lebih dilarang lagi. Tindakan ini merupakan ‘udwan dan kezaliman yg lebih besar dan lebih berat.
Jika kau mengaku kaya, berkuasa, terhormat, kuat, dan alim, sebagaimana yg terjadi pada sebagian orang, itu termasuk maksiat dan dosa besar. Bahkan, menurut pandangan orang² ‘arif, itu merupakan tindakan menyekutukan Tuhan dan kekejian yg paling keji. Hal itu dikarenakan di dalam hati hamba, ada sekutu Allah, yaitu dirinya yg mengaku sifat² rububiyah Allah, baik dengan keyakinan maupun dengan ucapan. Itu sama dengan tindakan menandingi Allah dan sombong di hadapan-Nya.
Dalam hadits qudsi, Allah Ta’ala berfirman, “Kesombongan adalah surban-Ku dan kebesaran adalah sarung-Ku, siapa yg menandingi-Ku dalam salah satu sifat itu, maka Aku akan menjerumuskannya ke dalam neraka.”
Makna “menandingi” di sini ialah mengaku-aku dengan ungkapan dan keyakinan. Wallaahu a’lam