Hikmah 131 dlm Al-Hikam:
الصلاة محل المناجاةومعدن المصافات تتسع فيهاميادين الاسرار وتشرق فيها شوارق الانوار
Shalat adalah tempat munajat dan kerinduan. Di dalamnya ruang rahasia meluas dan cahaya bersinar.
Allah Ta’ala berfirman: “Aqimis-shalaata li-dzikrii.” (Dirikanlah/tegakkanlah shalat itu untuk dzikir ingat kepadaKu.)
Sesungguhnya seorang hamba bila ia berdiri shalat, maka Allah Ta’ala membukakan untuknya tirai hijab, dan langsung dihadapinya, dan berdiri tegak para malaikat dari atas bahunya hingga langit, mengikuti shalatnya dan mengaminkan doanya.
Dan seorang yg shalat itu ditaburi rahmat dari langit hingga ubun² kepalanya. Dan dipanggil oleh suara: Andaikata orang yg munajat ini mengetahui siapakah yg diajak bicara, maka tidak akan berhenti shalatnya, dan sesungguhnya pintu² langit terbuka untuk orang yg shalat.
Dan sesungguhnya Allah Ta’ala membanggakan barisan orang² yg shalat di hadapan malaikat-Nya.
Muhammad bin Ali at-Tirmidzi berkata, “Allah Ta’ala telah memanggil orang² yg bertauhid supaya shalat lima waktu, karena rahmat kasih kepada mereka, dan menyediakan berbagai macam hidangan, supaya seorang hamba bisa merasakan pada tiap² bacaan dan gerak itu karunia pemberian-Nya. Maka gerakan itu bagaikan makanan dan minuman. Dan hidangan itu disediakan oleh Allah tiap hari lima kali, supaya tidak ada lagi sisa kotoran ataupun debunya.
Dalam kitab Taurat disebutkan: Hai anak Adam, jangan malas untuk mendirikan shalat di hadapan-Ku sambil menangis, maka Akulah Allah yg telah mendekat dari hatimu, dan karena ghaib engkau telah dapat melihat cahaya-Ku.
Syaikh Abdullah asy-Syarqawi mensyarah:
Munajat bermakna keintiman dan percakapan lembut seorang hamba dengan Tuhannya. Shalat adalah media munajat hamba kepada Tuhannya. Dengan munajat itu, Allah menampakkan sifat²Nya yg indah sebagai rahmat-Nya kepada para hamba dan seluruh alam semesta. Dengan munajat itu pula, Allah memasukkan ke dalam batin hamba, ilmu² laduni dan rahasia² pengetahuan.
Shalat juga menjadi sarana pertemuan dan pelepas rindu hamba dengan Tuhannya. Dengan shalat, hamba menghadap-Nya dengan segenap jiwa raga dan mendatangi-Nya secara lahir dan batin sehingga dalam relung batinnya tak ada yg tersimpan selain-Nya. Dengan shalat juga, Allah Ta’ala akan membersihkan hamba-Nya dengan memberinya kemampuan syuhud dan mencurahkan karunia dan kebaikan-Nya. Inilah pembersihan yg paling tinggi. Semakin seorang hamba mendekati-Nya maka Allah pun akan semakin lebih mendekatinya lagi.
Di dalam shalat, ruang hati menjadi luas, sehingga bisa menerima rahasia² yg berlimpah.
Di dalam shalat pula cahaya bersinar terang. Jika cahaya menyinari hati, hati itu akan lapang dan terbuka menerima berbagai ilmu dan makrifat. Itulah buah munajat dan pembersihan yg disebut di atas. Semuanya adalah penegasan dari hikmah sebelumnya bahwa yg dituntut dari hamba adalah mendirikan shalat secara sungguh², bukan sekedar melaksanakannya. Wallaahu a’lam
Tanwirul Qulub
Syaikh Muhammad Amin Al-Kurdi