Hikmah 129 dlm Al-Hikam:
“Beragamnya Bentuk Ketaatan Agar Tidak Membosankan”
لمّا علم الحق منك وجود الملل لَوّن لك الطاعات وعلم مافيك من وجود الشرّه فحجرهاعليك فى بعض الاوقات ليَكون همّك اِقمامة الصلاةِلاوجودالصلاةِفماكلُّ مصَلٍّ مُقِيمٌ
Karena Allah mengetahui bahwa engkau mudah jemu, Dia membuat bermacam-macam cara taat untukmu. Karena Allah mengetahui bahwa engkau rakus, Dia membatasi ketaatan itu hanya pada waktu² tertentu. Agar perhatianmu tertuju pada kesempurnaan shalat, bukan pada adanya shalat. Karena tidak semua orang yg shalat dapat menyempurnakan shalatnya.
Allah Ta’ala berfirman: Wa-aqiimus-shalaata (dan kamu semua supaya mendirikan shalat), firman-Nya tidak: SHALLUU (shalatlah kamu semua).
Cara mendirikan shalat (iqamatus-shalah) itu harus dengan menyempurnakan adab/tata kramanya shalat;
1. Adab lahir seperti: menjaga syarat², rukun² dan sunnah²nya shalat.
2. Adab batin seperti: menjaga khusyuk dalam shalat dengan menghadapkan hati hanya kepada Allah Ta’ala, sehingga hati tidak mengingat sesuatu melainkan kepada Allah Ta’ala, dan merasa bahwa shalatnya itu semata-mata karunia dari Allah Ta’ala.
Shalat dengan menyempurnakan adab/tata kramanya ini yg akan menimbulkan bekas, seperti bertambah baik budi pekertinya, dan mencegah dari perbuatan keji dan munkar ( INNAS-SHALAATA-TANHAA ‘ANIL-FAKHSYA-I WAL MUNKAR)
Syaikh Abdullah asy-Syarqawi mensyarah:
Allah Ta’ala mengetahui bahwa kau mudah bosan dan jemu. Beratnya amal akan mengakibatkanmu meninggalkan amal itu. Oleh karena itu, Dia membuat untukmu bermacam cara dan bentuk ketaatan. Itu adalah rahmat dan kemudahan-Nya untukmu. Jika kau bosan dengan satu cara ketaatan, kau bisa menggunakan cara lainnya. Sekiranya ketaatan itu hanya satu macam, tentu jiwamu akan jemu dan akan meninggalkannya lantaran merasa berat melakukannya. Lain halnya dengan ketaatan yg beragam, tentu dapat membuatmu ringan dan mudah sehingga kau bisa berpindah dari satu ketaatan ke ketaatan lainnya.
Tabiat jiwa biasanya tidak sanggup berada dalam satu kondisi secara terus-menerus. Ia akan mencari bermacam kondisi lainnya.
Tidakkah kau lihat bahwa manusia, jika terus-menerus memakan satu jenis makanan, ia akan merasa bosan? Sebagaimana yg pernah terjadi pada Bani Israil ketika hidup terasing di tengah hamparan gurun. Makanan yg bisa mereka temukan saat itu hanyalah manna dan salwa.
Allah Ta’ala juga mengetahui bahwa kau begitu tamak, rakus, dan melampaui batas. Kau selalu ingin cepat beramal sehingga membuatmu tidak melaksanakannya secara sempurna. Maka dari itu, Dia pun melarangmu untuk melakukannya pada beberapa waktu tertentu. Hal itu juga dimaksudkan demi meringankanmu.
Kewajiban terlarang dilakukan di luar waktu²nya yg telah ditentukan. Sementara itu, ibadah atau amal sunnah terlarang dilakukan pada waktu² yg dibenci (makruh). Allah membuat setiap ketaatan memiliki waktu khusus dan tidak membuatnya setiap waktu agar kau tidak tamak dan berlebihan, yg akan berakibat pada ditinggalkannya amal itu.
Kesimpulannya, ketaatan dibuat beragam karena adanya rasa bosan. Ketaatan dilarang di waktu² tertentu karena adanya ketamakan pada dirimu. Keragaman dan ketentuan waktu ketaatan ini merupakan dua nikmat yg diberikan Allah kepada hamba-Nya. Di sisi lain, rasa bosan dan sifat rakus adalah dua bencana besar yg dapat memutus amal.
Rutinitas ibadah yg sama dapat mendatangkan rasa bosan sehingga jiwa akan jemu dan merasa berat melakukannya. Namun, jika jiwa diberikan bentuk² amal yg beragam, ia akan merasa ringan dan menikmatinya.
Jika ibadah diperbolehkan di setiap waktu, tentu akan melahirkan rasa rakus karena ibadah itu dilakukan dengan penuh ketamakan. Saat tamak itulah, pelaksanaan ibadah akan kurang sempurna, seperti orang yg tamak membaca Al-Qur’an, namun tidak menghayati maknanya dan kalbunya tidak hadir bersama Tuhannya ketika membacanya. Oleh sebab itu, Allah menentukan waktu² khusus untuk ibadah dan ketaatan. Itulah hikmah mengapa Allah melarang beribadah pada waktu² tertentu.
Allah membatasi shalat dengan waktu tertentu agar tekadmu adalah bagaimana mendirikan shalat dengan baik, bukan bagaimana shalat itu terlaksana begitu saja.
Allah mewarnai dan membuat variasi ketaatan untukmu agar kau tidak bosan. Dia melarangmu beribadah pada waktu² tertentu agar kau tidak rakus. Itu semua dimaksudkan agar tekadmu adalah mendirikan shalat dengan baik, bukan sekadar ada dan terlaksana.
Mendirikan shalat dengan benar adalah dengan menjaga batasan²nya seraya menjaga hati agar tetap khusyuk dan hadir bersama Allah sehingga tidak gelisah dan gusar dalam shalat.
Dalam hikmah di atas, shalat disebut secara khusus, tak lain karena ia merupakan ibadah yg di dalamnya seorang hamba sering melakukan kesalahan. Wallaahu a’lam
Tanwirul Qulub
Syaikh Muhammad Amin Al-Kurdi