Hikmah 126 dlm Al-Hikam:
“Jangan Terpengaruh Dengan Makhluk”
٭ اِنَّماَ يَسْتوحِشُ العِباَدُ وَالزُّهاَدُ مِنْ كُلِّ شيءٍ لِغَيْبَتِهِمْ عَنِ اللهِ فِى كُلِّ شىءٍ فَلَو شَهِدوُهُ فِى كُلِّ شىءٍ لَمْ يَسْتوحِشُوا مِنْ شَىءٍ ٭
Sesungguhnya yg menyebabkan kerisauan/kesusahan hati para ‘abid (ahli ibadah) dan zahid (ahli zuhud) dari segala sesuatu itu karena mereka masih terhijab/tidak melihat Allah dalam apa yg mereka lihat itu. Tetapi andaikan mereka melihat Allah dalam segala sesuatu (makhluk), pasti mereka tidak akan risau dari/terhadap segala sesuatu.
Yg dinamakan ‘abid/ahli ibadah ialah: orang² yg bertaqarrub/mendekatkan diri kepada Allah dengan berbagai macam amal ibadah. Sedangkan zahid/ahli zuhud ialah orang yg bertaqarrub/mendekatkan diri kepada Allah dengan jalan tawakkal/menyerahkan diri hanya kepada Allah. Kedua golongan ini selalu ingin menjauh dari masyarakat/sesama makhluk, itu dikarenakan mereka merasa bahwa masyarakat/makhluk menjadi perintang mereka dalam mendekatkan diri kepada Allah, tapi sekiranya mereka lebih mendalam dalam makrifat kepada Allah, tentu mereka tidak dapat terhalang oleh suatu apapun, sebab Allah berada dalam segala sesuatu, maka tidak ada sesuatu yg melupakan dari Allah, bahkan sebaliknya masyarakat/makhluk itu bisa mengingatkan kepada Allah Ta’ala.
Syaikh Abdullah asy-Syarqawi mensyarah:
‘Abid adalah orang² yg menuju Allah melalui jalan amal dan ibadah, sedangkan zahid ialah orang² yg menuju Allah dengan jalan tawakkal. Kedua golongan ini cenderung menjauhi makhluk karena mereka terputus dari Allah, terhalang, dan belum bisa melihat-Nya. Itu di akibatkan oleh sikap mereka yg terlalu memandang diri sendiri dan selalu memperhatikan kemaslahatan pribadinya. Mereka lari dari segala hal duniawi (baik itu manusia maupun materi) yg menghantui pandangan mereka. Mereka takut jika hal duniawi menghalangi tujuan mereka dan menyimpangkan maksud mereka. Mereka khawatir terlena dan tertipu olehnya.
Sekiranya mereka melihat Allah dalam segala sesuatu, sebagaimana orang² ‘Arif dan para muhibbin (kaum pencinta), mereka tidak akan khawatir atau takut terhadap segala hal duniawi karena mereka melihat Allah ada di dalamnya. Tentu mereka tidak akan lagi sibuk memandang dan memperhatikan kemaslahatan diri sendiri. Buahnya, mereka tidak akan merasa risau dan takut tertipu olehnya. Wallaahu a’lam