123. Menghendaki Langgengnya Wirid Lebih Baik Daripada Langgengnya Karamah (1)

Hikmah 123 dlm Al-Hikam:

“Menghendaki Langgengnya Wirid Lebih Baik Daripada Langgengnya Karamah”

لاَيَسْتَحْقِرُ الوِرْدُ الاَّ جَهُولٌ. الوَارِدُ يُوجَدُ في الدَّارِ الاَخِراَةِ. الوِرْدُ يَنْطَوِي بِانْطواَءِ هٰذِهِ الدّاَرِ وَاَولٰى ماَ يُعْتَنىَ بِهِ ماَلاَ يَخْلُفُ وُجُودُهُ، ثُمَّ الوِرْدُ هُوَ طَالِبُهُ مِنْكَ واَالوَارِدُ اَنْتَ تَطْلُبُهُ

Tidak akan meremehkan wirid, kecuali orang yg sangat bodoh, warid (karunia Allah buah dari wirid) itu akan wujud di akhirat. Wirid itu akan habis/hilang bersama habisnya dunia,. Dan sebaik-baik yg harus diperhatikan oleh seseorang yaitu perkara yg apabila hilang tidak ada gantinya (wirid). Wirid itu sebagai perintah Allah padamu (haknya Allah yg harus kau penuhi), sedangkan warid itu hajat keperluanmu yang kau minta kepada Allah, maka apa imbang antara perintah Allah kepadamu (hak Allah) dengan pengharapanmu dari Allah.

Wirid adalah segala macam bentuk ibadah lahir batin baik yg wajib maupun yg sunnah, sedangkan warid (pemberian Tuhan dalam hati hamba) yg berupa pemahaman, nur/cahaya, kesenangan/manisnya dalam beribadah, taufiq dan hidayah-Nya.

Maka sebaiknya seorang hamba menjalankan kewajibannya, karena wirid itu hanya berlaku ketika masih hidup di dunia ini saja, sedang warid akan lanjut sampai di akhirat.

Rasullullah Saw. bersabda, “Amal yg paling disukai Allah ialah yg istiqamah (terus-menerus) meskipun sedikit.”

Imam Hasan al-Bashri berkata, “Siapa yg hari ini sama dengan hari kemarin, maka dia rugi, dan siapa hari ini lebih buruk dari kemarinnya, maka dia mahrum (tidak dapat rahmat), dan siapa yg tidak bertambah berarti berkurang, dan siapa yg makin berkurang amalnya, maka mati lebih baik baginya.”

Ketika Imam Junaid ditegur orang karena memegang tasbih di tangannya, “Tuan dalam kedudukan yg demikian itu masih menggunakan tasbih.” Jawab Imam Junaid, “Alat yg telah menyampaikan kami, maka tidak saya tinggalkan.”

Imam Junaid berkata, “Orang ’arif menerima semua amal (wirid) itu sebagai tugas dari Allah, karena itu mereka kembali menghadap pada Allah dengan kebiasaan wirid (ibadah) yg ditugaskan Allah itu. Dan andaikata seribu tahun tidak akan mengurangi sedikitpun amal wiridku, kecuali jika terhalang untuk melakukannya.”

Syaikh Abdullah asy-Syarqawi mensyarah:

Wirid ialah amal shaleh yg mengisi waktu² dan membuat seluruh anggota tubuh menjauhi hal² yg dibenci-Nya. Orang bodoh akan meremehkan wirid, padahal di dalamnya terkandung ubudiyah kepada Allah, rasa hadir bersama-Nya, dzikir, pembersihan batin, serta dapat menarik cahaya karunia Ilahi. Menjalani wirid tanpa mempedulikan hasilnya termasuk kebodohan.

Syaikh Ibnu Atha’illah menyebutkan, wirid lebih utama daripada warid bila ditinjau dari dua sisi. Pertama, wirid ialah karunia yg masuk ke dalam batin seorang hamba, berupa makrifat Tuhan dan kelembutan jiwa atau cahaya² yg membuat hati lapang dan bersinar terang. Warid ini tetap akan ada hingga di negeri akhirat, sedangkan wirid akan musnah dengan musnahnya dunia. Oleh karena itu, yg perlu mendapat perhatian adalah yg wujudnya akan sirna. Artinya seorang hamba harus memperbanyak wirid sebelum tertinggal karena ia tidak mungkin mengganti wirid yg hilang dan tertinggal.

Kedua, wirid merupakan sesuatu yg dituntut Allah darimu. Adapun warid, kaulah yg memintanya dari Allah. Oleh karena itu, yg kau minta dari-Nya tidak sebanding dengan yg Dia minta darimu. Tentu, yg diminta-Nya darimu lebih utama daripada yg kau minta dari-Nya. Wirid adalah hak Allah atasmu, sedangkan warid (karunia) adalah hakmu atas-Nya. Melaksanakan hak-Nya tentu lebih utama dan lebih patut daripada meminta keuntungan dan bagian dari-Nya.

Syaikh Ibnu Atha’illah ingin mengingatkan para murid yg tamak terhadap warid (karunia), namun mengabaikan wirid. Tindakan itu merupakan akibat kebodohan dan ketidaktahuannya tentang buah dan hasil wirid. Oleh karena itu, orang² ‘arif tidak meninggalkan wirid, padahal ahwal mereka lebih baik daripada para murid. Wallaahu a’lam.

Al-Hikam

Mulai Perjalanan

Mulai perjalanan ruhani dalam bimbingan Mursyid Thariqat Naqsyabandiyah Khalidiyah, Sayyidi Syaikh Ahmad Farki al-Khalidi qs.

Buku Lain

Rekomendasi

Di sejumlah pesantren salafiyah, buku ini (Tanwir al-Qulub) biasanya dipelajari bersamaan dengan kitab-kitab fikih. Yang sedikit membedakan, kitab ini ditulis oleh seorang pelaku tarekat sekaligus mursyid dari tarekat Naqsyabandiyah.

Sabilus Salikin

Sabilus Salikin atau Jalan Para Salik ini disusun oleh santri-santri KH. Munawir Kertosono Nganjuk dan KH. Sholeh Bahruddin Sengonagung Purwosari Pasuruan.
All articles loaded
No more articles to load

Sabilus Salikin

Sabilus Salikin atau Jalan Para Salik ini disusun oleh santri-santri KH. Munawir Kertosono Nganjuk dan KH. Sholeh Bahruddin Sengonagung Purwosari Pasuruan.
All articles loaded
No more articles to load

Tingkatan Alam Menurut Para Sufi

“Tingkatan Alam Menurut Para Sufi” فَإِذَا سَوَّيْتُهُۥ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِنْ رُّوحِى فَقَعُوا لَهُۥ سٰجِدِينَ “Maka…

Islam, Iman dan Ihsan

عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَيْضاً قَالَ : بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى…

Hidup Ini Terlalu Singkat

Postingan yg indah dari Bunda Amanah: Bismillahirrahmanirrahim. “Hidup ini Terlalu Singkat” Oleh: Siti Amanah Hidup…
All articles loaded
No more articles to load

Mengenal Yang Mulia Ayahanda Guru

Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya Muhammad Amin al-Khalidi qs.

Silsilah Kemursyidan

Dokumentasi

Download Capita Selecta

Isra' Mi'raj (Rajab)

26 Jan - 05 Feb

Ramadhan

30 Mar - 09 Apr

Hari Guru & Idul Adha

20 Jun - 30 Jun

Muharam

27 Jul - 06 Ags

Maulid Nabi

28 Sep - 08 Okt

Rutin

30 Nov - 10 Des

All articles loaded
No more articles to load
All articles loaded
No more articles to load
All articles loaded
No more articles to load

Kontak Person

Mulai perjalanan ruhani dalam bimbingan Mursyid Thariqat Naqsyabandiyah Khalidiyah, Sayyidi Syaikh Ahmad Farki al-Khalidi qs.

Abangda Teguh

Kediri, Jawa Timur

Abangda Tomas

Pangkalan Bun 

Abangda Vici

Kediri, Jawa Timur

WhatsApp
Facebook
Telegram
Twitter
Email
Print

Daftar Isi