Hikmah 121 dlm Al-Hikam:
“Nikmat Karunia Terbesar Dari Allah”
مَتىَ جَعَلكَ فِى الظَّاهِرِ مُمتـَثِلاً لاَمْرِهِ وَرَزقكَ فِى البَاطِنِ الاِسْتِسْلاَمِ لِقَهْرِهِ فَقَد اَعْظَمَ المِنَّةَ عَلَيْكَ
Apabila Allah telah menjadikan engkau pada lahirnya taat menurut perintah-Nya dan dalam hatimu menyerah/tawakkal kepada-Nya, maka berarti Allah memberi kepadamu nikmat karunia yg sebesar-besarnya.
Jika Allah telah memberi taufiq hidayah kepada hamba untuk melakukan segala perintah-Nya, dan di dalam hati/batinnya diberi kekuatan bisa menyerah/tawakkal pada sifat qohrinya Allah (selalu ridho atas apa yg terjadi atas dirinya), itu berarti Allah telah memberi karunia nikmat yg sangat besar. Karena Allah telah mengumpulkan ‘Ubudiyyah (penghambaan) lahir dan ‘Ubudiyyah batin.
Sebab tugas manusia hanya untuk beribadah kepada Allah lahir batin, dengan ikhlas, tentang semua kebutuhan dan hajatnya telah dicukupi oleh Allah, maka jangan menuruti hawa nafsu yg tidak ada puasnya.
Syaikh Abdullah asy-Syarqawi mensyarah:
Ketika Allah menjadikanmu taat, dengan memberimu taufiq untuk melaksanakan berbagai ketaatan, dan membuatmu ridho dengan putusan Tuhanmu, berarti Dia telah melimpahkan karunia yg paling besar kepadamu. Dalam karunia itu, Dia telah menghimpun ‘ubudiyah batin dan ‘ubudiyah lahir pada dirimu.
Kedua perkara inilah yg menuntutmu untuk menghambakan diri kepada Allah semata. Lantas, mengapa kau masih tamak? Apa lagi yg kau cari setelah mendapat dua perkara itu jika kau seorang hamba sejati? Ketahuilah, tak ada kedudukan yg sempurna, kecuali saat kau berjuang dalam ‘ubudiyah lahir dan ‘ubudiyah batin. Wallaahu a’lam